Talkshow Pegadaian 'Game Changer UMKM': Kolaborasi Lintas Sektor untuk Naik Kelas

Talkshow ini menampilkan Bambang Sutrisno, Owner Jempol Food, Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA., Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, serta Agung Septian,

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM
INSPIRASI: Talkshow inspiratif bertajuk "Game Changer UMKM" Kolaborasi Lintas Sektor Dorong UMKM Naik Kelas" pada Kamis (13/3/2025) sore. 

TRIBUNJOGJA.COM - Pegadaian kembali menggelar talkshow inspiratif bertajuk "Game Changer UMKM | Kolaborasi Lintas Sektor Dorong UMKM Naik Kelas" pada Kamis (13/3/2025) sore.

Acara ini disiarkan langsung dari Festival Ramadan di Halaman Parkir Makam Raja Mataram, Kotagede, dan menghadirkan narasumber dari berbagai sektor yang memiliki pengalaman dalam membangun dan mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Talkshow ini menampilkan Bambang Sutrisno, Owner Jempol Food, Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA., Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, serta Agung Septian, Pemimpin Cabang PT Pegadaian

Ketiganya berbagi wawasan mengenai tantangan, strategi, hingga dukungan pemerintah dan BUMN bagi UMKM untuk naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas. 

Perjalanan Jempol Food

Bambang Sutrisno, pemilik Jempol Food, berbagi kisahnya dalam membangun bisnis dari nol.

Jempol Food merupakan usaha di bidang kuliner yang memproduksi kulit pangsit, kulit lumpia, rolade, dan gelatin. 

Saat ini, produknya telah berhasil menembus pasar modern dan dipasarkan di berbagai supermarket. Namun, perjalanan menuju kesuksesan itu tidaklah mudah. 

"Saya sudah mencoba berbagai usaha, mulai dari warung kelontong, usaha rongsokan, warung makan, hingga budidaya ikan gurami. Namun, banyak yang tidak berhasil," ungkap Bambang. 

Puncak keterpurukan terjadi saat usahanya budidaya gurami mengalami kegagalan. Kala itu, seorang rekannya yang juga mengalami kesulitan keuangan meminta bantuan kepadanya. 

Namun, alih-alih memberikan pinjaman, Bambang memilih mengakuisisi bisnis rekannya yang hampir bangkrut. 

"Saya melihat bisnis ini masih bisa diselamatkan. Saya belajar dari kesalahannya, terutama dalam manajemen keuangan. Partner saya tidak mencatat keuangan dengan baik, sehingga sering mengalami kesulitan saat harus membayar tagihan," jelasnya. 

Setelah mengambil alih bisnis tersebut, Bambang mulai menerapkan berbagai perbaikan.

Ia merekrut seorang akuntan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran dengan lebih rapi, mengubah target pasar dari pasar tradisional ke supermarket, serta meningkatkan kualitas produk dengan perizinan yang lengkap seperti BPOM dan sertifikasi halal. 

Demi memastikan usahanya berjalan stabil, Bambang bahkan kembali bekerja di Korea selama tiga tahun untuk mengumpulkan modal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved