Kasus Keracunan Massal di Tempel Sleman, Polisi Minta Keterangan Dinas Kesehatan hingga Rumah Sakit
Polisi juga akan memeriksa rumah sakit yang digunakan untuk perawatan pasien yang mengalami gejala
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus keracunan massal yang terjadi di dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel, Kabupaten Sleman masih dalam penanganan aparat berwajib. Proses penyidikan terus berjalan.
Setelah memeriksa saksi, menguji sampel makanan di laboratorium forensik Semarang, Polresta Sleman juga melakukan pemanggilan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman maupun pihak rumah sakit untuk dimintai keterangan.
"Masih proses penyidikan. Hari ini kami jadwalkan pemeriksaan dinas kesehatan. Namun baru dapat kabar mereka meminta penjadwalan ulang Senin (pekan depan)," kata Kasat Reskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian, Jumat (7/3/2025).
Menurut dia, pemeriksaan terhadap Dinas Kesehatan untuk dimintai keterangan.
Termasuk polisi juga akan memeriksa rumah sakit yang digunakan untuk perawatan pasien yang mengalami gejala.
Sejumlah rumah sakit, dalam perkara ini digunakan untuk merawat pasien bergejala, di antaranya RSUD Kabupaten Sleman, PKU Sleman maupun RS Queen Latifa.
Pemeriksaan ini dinilai penting untuk melengkapi berkas penyidikan.
"Dua rumah sakit nanti akan kami periksa. Ini untuk mengetahui waktu saat penanganan para pasien, ciri-ciri gejala dari masing-masing pasien," paparnya.
Kronologi keracunan massal ini bermula ketika seorang warga di Dusun Krasakan, Lumbungrejo, Tempel menggelar hajatan pernikahan pada Sabtu 8 Februari 2025 lalu.
Akad nikah digelar pagi dan siangnya dilanjutkan resepsi.
Baca juga: Polisi Tingkatkan Kasus Keracunan Hidangan Hajatan di Sleman Jadi Penyidikan
Saat itu, sebagian makanan ada yang dikonsumsi di tempat dan sebagian lainnya dibagi-bagikan kepada tetangga atau masyarakat setempat.
Setelah menyantap makanan, pada malam hari warga mulai mengalami gejala demam dan diare malam hari.
Minggu keesokan hari, jumlah warga yang bergejala semakin banyak dan dibawa ke RSUD Sleman.
Kejadian tersebut dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan langsung ditindaklanjuti ke Puskesmas Tempel 1 mendirikan posko kesehatan penanganan bagi warga yang keracunan.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr Cahya Purnama telah mengungkap penyebab keracunan massal yang mengakibatkan ratusan warga mengalami gejala diare, hingga demam.
Ia menyebut berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel makanan yang disajikan dalam pesta tersebut, beberapa makanan ditemukan terkontaminasi tiga bakteri yang menyebabkan keracunan.
"Keracunan makanan yang terjadi diduga karena adanya kontaminasi bakteri Salmonella sp, Bacillus Cereus dan E. Coli pada makanan yang disajikan," katanya.
Cahya bilang ketiga bakteri tersebut memang sering mengontaminasi makanan dan jika dikonsumsi manusia dapat menyebabkan gejala diare, mual, muntah, sakit perut dan kadang juga disertai panas atau demam.
"Jika tidak segera ditangani memang bisa mengakibatkan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh akibat dari diare dan muntah yang terus menerus," katanya.
Ia tidak merinci, jenis makanan apa saja yang terkontaminasi bakteri sehingga menyebabkan ratusan orang tumbang.
Namun, Cahya menyebut seluruh sampel makanan yang diperiksa antara lain bakso, sate, siomay, krecek dan es krim. Dari jenis makanan tersebut, ada beberapa yang diduga tercemar oleh bakteri.(*)
Marak Keracunan MBG, Dinkes Gunungkidul Bereaksi, Orang Tua Khawatir: Anak Kami Jadi Taruhannya |
![]() |
---|
3 Kasus Keracunan Massal Terjadi Dalam Waktu Sebulan Terakhir di DIY, Begini Tanggapan Kepala BGN |
![]() |
---|
Hingga Agustus 2025, Ada Dua Kasus Infeksi Cacing Pita Menyerang Balita dan Orang Dewasa di Bantul |
![]() |
---|
Minta Uang untuk Alat Operasi, Dokter di RSAM Lampung Dicabut Hak Layani Pasien BPJS |
![]() |
---|
Disdikpora DIY Perketat Pengawasan Program MBG setelah Kasus Keracunan Massal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.