AWAS Sungai Meluap, BPBD DIY Imbau Masyarakat Waspada, Siaga Darurat hingga 8 April 2024

BPBD DIY resmi memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi hingga 8 April 2025. Waspada sepanjang Sungai Code, Gajahwong, dan Progo

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM / Andreas Desca Budi Gunawan
WASPADA BENCANA: Ilustrasi foto dok. Debit air Sungai Progo, Kamis (5/3/2020). BPBD DIY mengimbau masyarakat waspada bencana dan telah memperpanjang status darurat bencana hidrometeorologi hingga 8 April 2025.   

TRIBUNJOGJA.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) resmi memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi hingga 8 April 2025. 

Keputusan ini diambil menyusul masih tingginya curah hujan dan meningkatnya kejadian banjir serta tanah longsor di sejumlah wilayah. 

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, mengatakan bahwa perpanjangan ini merupakan yang keempat kalinya sejak status siaga darurat pertama kali ditetapkan. 

Awalnya, status ini berlaku hingga 3 Maret, tetapi melihat kondisi cuaca yang masih ekstrem, pemerintah daerah memutuskan untuk memperpanjangnya hingga awal April. 

"Tujuannya adalah untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat tetap terjaga, terutama di daerah-daerah yang berpotensi terdampak. Curah hujan diperkirakan masih tinggi hingga Mei, sehingga kewaspadaan harus terus ditingkatkan," ujar Noviar, Jumat (7/3/2025). 

Sejak Oktober 2023, BPBD DIY telah mencatat lebih dari 600 kejadian tanah longsor di berbagai titik.

Selain itu, sejumlah kawasan juga mengalami banjir akibat intensitas hujan yang tinggi, seperti di sekitar Sungai Code, Gejayan, dan Sedayu. 

Meskipun belum mencapai tingkat darurat seperti di Jakarta, beberapa sungai di Yogyakarta mengalami peningkatan debit air.

Beberapa daerah yang perlu diwaspadai adalah kawasan di sepanjang Sungai Code, Gajahwong, dan Progo. 

"Saat ini kondisi sungai masih dalam batas normal. Namun, kawasan selatan, terutama sekitar Sungai Progo, perlu diwaspadai. Kemarin, jembatan di daerah tersebut sempat mengalami kerusakan akibat derasnya arus, dan lahan pertanian di sekitarnya ikut terdampak," kata Noviar. 

BPBD DIY telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, termasuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat.

Forum Pengurangan Risiko Bencana di tingkat kelurahan juga telah diminta untuk sigap dalam memberikan bantuan pertama ketika terjadi bencana. 

"Kami mengimbau masyarakat agar selalu berhati-hati dan menghindari kawasan rawan bencana, seperti daerah yang berpotensi longsor. Kesadaran individu sangat penting dalam penanggulangan bencana. Masyarakat perlu memahami cara menyelamatkan diri sendiri sebelum menunggu bantuan dari pemerintah," jelas Noviar.

Terkait genangan yang kerap terjadi di beberapa daerah seperti Ambarrukmo Plaza dan Gejayan, BPBD menegaskan bahwa kondisi tersebut berbeda dengan banjir besar yang menyebabkan pengungsian. 

Genangan di Yogyakarta cenderung bersifat sementara dan surut dalam beberapa jam setelah hujan reda.

Meskipun sulit dicegah sepenuhnya, pemerintah tetap melakukan upaya untuk mengurangi risiko genangan, seperti menjaga kebersihan saluran drainase dan mengantisipasi titik-titik rawan.

"Kondisi ini bersifat alami dan sulit dihindari, terutama jika hujan dengan intensitas tinggi turun dalam waktu singkat. Namun, kami terus berupaya agar aliran air tetap lancar dan mengurangi dampaknya bagi masyarakat," kata Noviar. 

Dengan perpanjangan status siaga darurat ini, BPBD DIY berharap masyarakat dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang diperkirakan masih berlangsung dalam beberapa bulan ke depan.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved