KESAKSIAN Warga Lihat Pabrik Briket Arang Seluas 1 Hektare Roboh 

Pabrik produksi briket arang di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ambruk rata

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
tribunjogja.com / Dewi Rukmini
RERUNTUHAN: Petugas sedang mengevakuasi reruntuhan pabrik briket di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang ambruk akibat hujan deras dan angin puting beliung pada Senin (24/2/2025). 

Pabrik produksi briket arang di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ambruk rata dengan tanah pada Senin (24/2/2025). Pabrik yang berada di lahan seluas sekira 1 hektare itu roboh akibat hujan deras dan angin puting beliung yang melanda tempat tersebut. 

RUNTUH: Petugas terkait sedang mengecek kondisi pabrik briket di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang ambruk akibat hujan deras dan angin puting beliung pada Senin (24/2/2025).
RUNTUH: Petugas terkait sedang mengecek kondisi pabrik briket di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang ambruk akibat hujan deras dan angin puting beliung pada Senin (24/2/2025). (Tribunjogja.com/Dewi Rukmini)

WARGA Desa Jambukulon, Slamet Wahono (46), mengungkapkan kejadian hujan deras mulai terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. 

Kemudian disusul angin yang berhembus sedikit demi sedikit hingga berputar-putar kencang berubah jadi angin puting beliung. 

"Anginnya datang kencang banget, sampai semuanya berantakan. Suasananya juga mencekam, langitnya sangat gelap," kata Slamet kepada Tribunjogja.com, Senin (24/2/2025). 

Slamet mengaku saat kejadian berada di teras rumah yang berada tepat di depan pabrik. Ia menyebut kala itu melihat angin puting beliung berputar cepat di kawasan pabrik. 

"Tidak tahu anginnya datang dari mana. Tapi sudah berputar-putar di pabrik," ucapnya. 

Kala itu, Slamet melihat kondisi pabrik sudah hampir ambruk. 

Sekitar pukul 14.30 WIB, Slamet melihat ada empat orang karyawan pabrik berlari keluar menyelamatkan diri. Mereka lantas masuk ke rumahnya.

"Sekitar 10 menitan kemudian pabriknya roboh. Suaranya keras banget seperti benturan antar besi," katanya. 

Dia bersyukur empat karyawan pabrik tersebut bisa keluar dalam kondisi selamat, sebelum bangunan pabrik runtuh.

Meskipun ada dua karyawan yang mengalami luka ringan. 

Slamet juga bersyukur saat kejadian hanya ada empat karyawan yang masuk kerja, karena lainnya sedang diliburkan.

"Karena kalau biasanya, untuk karyawan reguler ada 20-30 orang yang masuk ketika ada pesanan," tuturnya. 

Adapun, dia mengatakan bahwa pabrik produksi briket itu sudah berdiri sejak dua tahun terakhir. 

Lebih lanjut, Slamet mengaku masih trauma dengan kejadian itu. Sehingga ia belum ada kepikiran untuk memperbaiki genteng rumahnya yang rontok akibat angin kencang tersebut. 

Rasa takut menyelimuti Diki Fajar (30) saat pabrik pembuatan briket arang di Dukuh Penggung, Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ambruk rata dengan tanah.  

Bangunan pabrik briket tempat Diki mencari nafkah itu kini rusak parah. 

Material tembok terlihat berserakan di seluruh area pabrik yang dikelilingi pagar tinggi. 

Atap galvalum dan rangka besi ringan tampak rata dengan 

Bahkan, sejumlah galvalum terlihat tersangkut di pagar pabrik. 

Sore itu hujan masih menguyur cukup deras. 

Namun, tak menghalangi petugas, pejabat setempat, relawan BPBD, Damkar Klaten, dan warga datang ke lokasi. 

Termasuk Diki, karyawan pabrik pembuatan briket tersebut. 

Menggenakan jaket coklat cenderung hitam, Diki berada di lokasi bersama ibunya, Sri Muryanian (53). 

Meski kasa putih penutup luka terpasang di kepala bagian belakangnya. 

Namun Diki tampak teguh menjawab pertanyaan awak media di lokasi. 

"Saya terluka di bagian kepala karena tertimpa sesuatu. Tapi saya tidak tahu tertimba apa, karena waktu itu yang penting saya dan teman-teman bisa keluar (dari dalam pabrik)," ucap Diki. 

Masih jelas diingatan Diki, ada empat orang yang masuk bekerja di pabrik hari itu. 

Yakni dia dan tiga rekannya. 

Sebelum kejadian, Diki mengaku berada di bagian belakang pabrik, sedang memperbaiki oven untuk membuat briket arang bersama rekan-rekannya. 

Hingga siang itu, hujan deras mulai menguyur Desa Jambukulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. 

Kemudian disusul angin yang berhembus sangat kencang di kawasan pabrik. Diki merasa angin itu semakin berputar kencang di tempat kerjanya. 

"Saya kurang tahu arahnya (angin) dari mana. Tapi saya lihat anginnya kayak fokus berputar di ruangan kami (atas pabrik). Kemudian sekitar pukul 15.00 WIB, saya mendengar seperti suara trafo listrik meledak," ceritanya. 

Diki menyebut perasaannya saat itu tidak enak. Dia seperti mendapatkan firasat buruk yang mendorongnya untuk segera mengajak kawan-kawannya keluar dari area pabrik. 

Akhirnya, mereka pun berlari cepat meninggalkan 

Mereka terus berlari sejauh 40 meter dari area belakang pabrik menuju halaman depan. 

Dalam proses itupun, Diki dan temannya bernama Poniman mengalami luka ringan.

Namun, hal itu mereka acuhkan. Terpenting mereka bisa keluar dari tempat itu secepat mungkin. 

"Kejadiannya sangat cepat. Kalau tidak salah hanya hitungan menit bangunan pabrik ambruk. Sekitar 5 menit (setelah keluar), semuanya ambruk, tembok-temboknya juga roboh," tuturnya. 

Meski begitu, ia mengaku sangat bersyukur. Dia dan tiga temannya berhasil selamat. 

"Kalau takut pastinya takut. Tapi bagaimana pun caranya kami harus bisa tenang dulu. Biar bisa menyelamatkan teman-teman, yang penting kami sudah berusaha menyelamatkan diri," kata dia.

Sementara itu, Sri Muryanian mengaku kaget ketika anaknya (Diki) dan temannya (Poniman) datang ke rumah dalam kondisi terluka. 

Dikatakan, jarak pabrik dan rumah Diki sangat dekat, hanya terpisah satu bangunan pabrik di depannya. 

"Pulang-pulang kepalanya sudah berdarah-darah. Kalau temannya sekarang masih di rumah saya, luka di bagian tangan," kata dia.

Sri mengaku bersyukur anaknya dan teman kerjanya bisa saling tolong menolong menyelamatkan diri dalam kejadian tersebut. 

Lantaran, jika tidak saling tolong menolong, Sri mengira mereka bisa tertimpa tembok pabrik yang roboh.

"Alhamdulillah Allah masih melindungi," tutupnya. (drm)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved