Human Interest Story

Cerita Apry Adi Saputra, Wisudawan UNY Anak Buruh Tani Peraih IPK Nyaris Sempurna 3,99

Tepuk tangan memenuhi GOR UNY saat namanya disebut sebagai lulusan terbaik Fakultas Teknik, dengan IPK hampir sempurna, 3,99

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
NYARIS SEMPURNA : Wisudawan UNY, Apry Adi Saputra, anak buruh tani Sleman yang mendapatkan IPK nyaris sempurna yakni 3,99 di wisuda UNY, Sabtu (22/2/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sabtu pagi (22/2/2025) itu, Apry Adi Saputra berdiri di atas panggung, mengenakan toga kebanggaan di Upacara Wisuda Periode III Tahun Akademik 2024/2025 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Tepuk tangan memenuhi GOR UNY saat namanya disebut sebagai lulusan terbaik Fakultas Teknik, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hampir sempurna, 3,99.

Namun, siapa sangka, perjalanan menuju panggung itu penuh liku, bermula dari sebuah desa di Sleman, tempat masa depan seolah telah ditentukan, antara cangkul dan ladang.

Lahir di Girikerto, Turi, Apry tumbuh dalam keluarga sederhana.

Ayahnya, Bambang Prasetyo, adalah buruh tani, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. 

Sejak kecil, ia terbiasa melihat keringat ayahnya menetes di pematang sawah, membajak tanah yang sama seperti generasi sebelumnya.

“Tamat SMK, saya sempat berpikir apakah saya juga harus bekerja di ladang?” kenang Apry. Lingkungan sekitarnya menunjukkan bahwa anak petani jarang bermimpi lebih jauh. Namun, ia tidak ingin takdirnya berhenti di situ. Ia ingin menggenggam ilmu, bukan sekadar cangkul.

Kesempatan datang saat ia diterima di UNY melalui jalur mandiri prestasi talent scouting.

Dengan harapan bisa meringankan beban orang tua, Apry mengajukan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Sayang, pengumuman yang datang justru mengecewakan. Ia tidak lolos.

“Dunia seakan runtuh. Kuliah tanpa beasiswa? Rasanya tidak mungkin,” katanya. Saat itu, nyaris menyerah, ibunya berkata lembut, “Tidak apa-apa, Nak. Sabarlah. Tuhan tidak tidur, pasti ada jalan.”

Kata-kata itu menjadi pemantik. Apry bangkit. Jika beasiswa tidak datang, maka ia harus berjuang sendiri.

Baca juga: CERITA Awal Mula Nama Angkringan SULTAN di Mangunan, Dlingo, Bantul

Perjuangan dimulai di tengah pandemi.

Sambil menjalani perkuliahan daring, ia bekerja sebagai barista dan sales di sebuah mal di Yogyakarta. 

Di sela waktu, ia membenamkan diri dalam kompetisi teknologi dan karya tulis ilmiah.

“Saya tahu, saya harus bekerja lebih keras dari yang lain,” ujarnya.

Sedikit demi sedikit, jerih payahnya berbuah hasil. Ia meraih berbagai penghargaan tingkat perguruan tinggi hingga nasional. 

Pada semester berikutnya, ia semakin memperkaya pengalaman dengan bergabung dalam UKM Rekayasa Teknologi, Infinite, dan UKM Penelitian.

“Organisasi mengajarkan saya banyak hal dari manajemen tim, pengelolaan waktu, hingga cara merancang ide inovatif,” katanya.

Kepercayaan dari para dosen pun datang. Ia mulai mengerjakan berbagai proyek IT, bahkan terlibat dalam penelitian dosen S2 dan S3. 

Di kampus, ia menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Jaringan Komputer & Pemrograman Visual, Teori Graph, serta Komunikasi Visual. Setiap kesempatan ini menegaskan impiannya, menjadi akademisi.

Prestasi demi prestasi menghiasi perjalanan Apry.

Ia terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi II Fakultas Teknik UNY, mengumpulkan lebih dari 10 penghargaan, dan mencatat pencapaian tertinggi dengan meraih Juara II Desain Aplikasi Al-Qur’an dalam MTQMN Puspresnas.

“Penghargaan ini bahkan membebaskan saya dari program KKN,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga lolos program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di PT Baracipta Esa Engineering, yang mengonversi 20 SKS. 

Semua pencapaiannya membawanya ke berbagai beasiswa mulai dari beasiswa UNY, beasiswa mahasiswa berprestasi, hingga Beasiswa Bank Indonesia dari semester empat hingga tujuh.

Saat menyusun skripsi, ia memilih topik inovasi teknologi bagi anak-anak disabilitas. Baginya, ilmu harus membawa manfaat bagi semua kalangan.

“Sebagaimana padi yang semakin berisi semakin merunduk, saya akan selalu rendah hati dan terus belajar,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved