Melihat Prosesi Nyadran Ageng Kiai Demak Ijo dan Leluhur Banyumeneng di Gamping Sleman
Dalam gelaran Nyadran Ageng tersebut juga terdapat kirab bergada, kirab gunungan, kirab tumpeng, hingga kirab toya wening.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Puluhan orang dari berbagai wilayah tampak memadati pelaksanaan Nyadran Ageng Kiai Demak Ijo dan Leluhur Banyumeneng, Kalurahan Banyuraden, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (16/2/2025) siang.
Berdasarkan pantauan Tribunjogja.com, dalam gelaran tersebut juga terdapat kirab bergada, kirab gunungan, kirab tumpeng, hingga kirab toya wening.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sleman, Gustan Ganda, mengatakan pelaksanaan nyadran tersebut terbagi atas tiga makna yang mengandung nilai penting bagi kehidupan masyarakat setempat.
"Yang pertama adalah guyubnya warga atau masyarakat setempat. Terlihat semua warga berkumpul, bergotong royong, bahkan secara iklas mereka menyumbangkan apa yang mereka punya," ujarnya di sela-sela pelaksaan Nyadran Ageng Kiai Demak Ijo dan Leluhur Banyumeneng.
Kemudian, yang kedua berupa adanya kegiatan kirim doa kepada para Ageng Kiai Demak Ijo dan Leluhur Banyumeneng.
Menurutnya, hal itu cukup penting dikarenakan setiap doa memiliki harapan untuk di kemudian hari.
Lalu, terakhir atau ketiga, kegiatan tersebut menjadi simbol untuk membersihkan kehidupan manusia.
Pasalnya, dalam kegiatan tersebut terdapat pelaksaan bersih makam, sehingga memiliki nilai bahwa lingkungan, diri, hingga pekerjaan setiap elemen masyarakat yang harus bersih.
"Nah, itu menjadi poin penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sangat penting untuk dilestarikan," kata dia.
Baca juga: Jelang Ramadan, Nyadran Ageng Panembahan Cokrowesi Bakal Kembali Digulirkan
Sementara itu, Ketua DPRD DIY, Nuryadi, mengaku turut berbangga kepada masyarakat setempat dan berharap agar tetap melestarikan nilai-nilai budaya lokal, agar lokasi tersebut, termasuk DIY, memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan wilayah lainnya.
"Yogyakarta harus menjadi (miliki) ciri yang lain dari pada wilayah lainnya," paparnya.
Paniradya Pati Kaistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho, yang juga hadir dalam kesempatan itu, berujar pihaknya turut hadir dalam gelaran tersebut untuk terus mendukung nilai-nilai kebudayaan lokal.
"Karena, setiap kalurahan memiliki potensi, memiliki moda sosial, nah harapan kami itu bisa tetap terus dijaga," ujarnya.
Ia menekankan bahwa dukungan pemerintah terhadap kebudayaan lokal tidak hanya diberikan melalui Dana Keistimewaan, tetapi juga dapat diaplikasikan melalui hal lain.
Apalagi, budaya lokal seperti yang digelar dalam pelaksaan Nyadran Ageng Kiai Demak Ijo dan Leluhur Banyumeneng itu, memiliki nilai-nilai budaya lokal yang mendalam. Baik itu berupa wujud rasa syukur hingga sarana sosialisasi antar masyarakat.
Foto-foto Demo Jogja 29 Agustus 2025: Tembakan Gas Air Mata di Mapolda DIY, Sri Sultan HB X Datang |
![]() |
---|
Kata Dinkes Sleman soal Dugaan Penyebab Keracunan MBG di SMPN 3 Berbah |
![]() |
---|
Waspada Macet di 3 Titik Ring Road Utara Malam Ini, Ada Contraflow Imbas Proyek Tol Jogja–Solo |
![]() |
---|
Ada Bayi Tak Bernyawa Terbungkus Plastik di Bawah Pohon Beringin Depok Sleman |
![]() |
---|
Pengawas Dinkes Sleman Sebut Aspek Penyebab Keracunan MBG di Berbah: Makanan Tidak Segera Dimakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.