Dampak Siklon Tropis, Hasil Tangkapan Nelayan di Gunungkidul Turun Hingga 70 Persen
Nelayan di Kabupaten Gunungkidul mengaku merugi karena hasil tangkapan ikan beberapa hari terakhir ini berkurang imbas cuaca ekstrem
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Nelayan di Kabupaten Gunungkidul mengaku merugi karena hasil tangkapan ikan beberapa hari terakhir ini berkurang imbas cuaca ekstrem.
Kondisi cuaca ekstrem di laut dipengaruhi badai siklon yang melanda perairan Gunungkidul akibat perubahan iklim dan peralihan musim.
Ketua Kelompok Nelayan Baron, Mardi mengatakan adanya badai siklon membuat hasil tangkapan nelayan menurun.
"Jelas mempengaruhi hasil tangkapan turun hingga 70 persen karena adanya badai siklon ini yang sudah berlangsung sejak akhir Januari lalu ini. Biasanya dalam sehari bisa tangkap ratusan kilogram ikan, kalau sekarang palingan hanya berapa kilogram saja," ujarnya saat dikonfirmasi pada Minggu (9/2/2025).
Dia meneruskan menurunnya hasil tangkapan ini karena badai siklon membuat ikan-ikan akan menjauhi perairan yang terkena badai.
"Misalkan ikan tuna, begitu cuaca naik, suhu air laut mereka akan bergerak ke tempat yang lebih dingin dan begitu seterusnya. Jadi, ketika ada badai maka ikan ini pasti aka menjauhi mencari lokasi yang lebih aman," terangnya.
Sedangkan, nelayan tidak bisa melaut lebih jauh dikarenakan gelombang laut selama badai siklon berlangsung cukup tinggi.
Baca juga: Kepala BMKG: Wilayah Indonesia Masih Masuk Puncak Musim Penghujan pada Februari hingga Maret
"Rata-rata gelombang laut bisa mencapai 6 meter, dan itu cukup berbahaya. Makanya, banyak nelayan yang memutuskan untuk tidak melaut selama badai siklon ini terjadi," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi membenarkan dampak badai siklon otomatis mempengaruhi hasil tangkapan nelayan.
"Tangkapan ikan menurun karena nelayan tidak melaut, disamping juga kalaupun ada yang melaut hasil tangkapannya cenderung menurun karena faktor gelombang tinggi menyebabkan ikan-ikan mencari tempat yang lebih aman," ungkapnya.
Dia menerangkan badai siklon memicu gelombang laut dengan ketinggian dapat mencapai 4.0 - 6.0 meter di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY dengan cuaca yang umumnya hujan ringan hingga hujan sedang.
Tak hanya itu, angin yang bertiup dari Barat hingga Utara kecepatannya juga mengalami kenaikan berkisar antara 4 - 25 knot sehingga perlu diwaspadai dan berisiko terhadap perahu nelayan.
"Kondisi ini sangat mempengaruhi aktivitas nelayan di laut. Maka, dengan cuaca dan gelombang laut yang kurang bersahabat, untuk itu diimbau kepada seluruh nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, dan lebih baik tidak melaut terlebih dahulu," terangnya.
Di tengah cuaca ekstrem ini, dirinya pun meminta kepada nelayan untuk bersabar sebab biasanya kondisi pasca-siklon tropis dimungkinkan ada peningkatan hasil tangkapan setelah kecepatan angin dan gelombang laut mereda.
"Biasanya kalau sudah melewati masa badai siklon ini, hasil tangkapan nelayan akan meningkat lagi. Karena, ikan-ikan akan kembali lagi ke perairannya," urainya. (ndg)
BPBD DIY Catat 62 Laka Laut Hingga Akhir Agustus 2025, 10 Nelayan Dilaporkan Meninggal |
![]() |
---|
Ombak Laut Tinggi hingga Angin Kencang Menerjang Pesisir Kulon Progo, Nelayan Gagal Melaut |
![]() |
---|
Nelayan di DIY Dimbau Gunakan Jaket Pelampung untuk Kurangi Risiko Laka Laut |
![]() |
---|
Harga Cabai di Kulon Progo Melambung Tinggi, Cuaca Esktrem Disinyalir Jadi Penyebab |
![]() |
---|
Perahu Nelayan Terbalik di Pantai Trisik Kulon Progo, Dua ABK Selamat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.