Ada 79 Kasus DBD di Sleman, Dinkes Imbau Masyarakat Waspada Lonjakan Kasus DBD di Awal Tahun

Tercatat ada 226 kasus Demam Dengue, sedangkan kasus yang lebih parah hingga menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD) ada 79 kasus.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Shutterstock
ILUSTRASI DBD - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mengimbau warga mewaspadai potensi lonjakan kasus di DBD di awal tahun 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman mengalami lonjakan di awal tahun ini.

Tercatat ada 226 kasus Demam Dengue, sedangkan kasus yang lebih parah hingga menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD) ada 79 kasus.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. 

"Di awal tahun 2025 ini memang terjadi peningkatan kasus DBD dibandingkan tahun 2024. Jumlah DBD update Data terakhir 79 DBD dan 226 kasus sebagai demam dengue," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati, Jumat (7/2/2025). 

Menurut dia, peningkatan kasus DBD disebabkan adanya perubahan iklim terpaan dari El Nino.

Ini merupakan fenomena cuaca ekstrem yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami peningkatan di atas normal, bahkan peningkatan suhu ditengarai bisa mencapai lebih dari 30 derajat Celcius.

Di samping itu, juga adanya peningkatan perkembangbiakan nyamuk.

Peningkatan perkembangbiakan nyamuk ini juga menyebabkan adanya peningkatan penularan penyakit. 

Dinas Kesehatan Sleman, kata Yuli, terus berupaya mencegah atau menurunkan penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini dengan beragam cara. 

Antara lain melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh warga masyarakat secara rutin dan kontinyu.

Ini kegiatan utama yang wajib dilakukan.

Baca juga: Horor Malam Jumat Kliwon,  Sirine Ambulans di Sleman Tiba-tiba Bunyi Sendiri, Habis Antar Jenazah 

Berikutnya, melalui sosialisasi dan pembentukan kader jumantik, serta pengaktifan gerakan 1 rumah 1 jumantik atau G1R1J. 

"Kami juga melakukan pemantuan ABJ ( Angka Bebas Jentik) dengan nilai lebih dari 95 persen. Lalu peningkatan kapasitas Nakes melalui Bimtek," ujarnya. 

Selain itu, lavarsida dan fogging juga terus dilakukan untuk mencegah penularan.

Berikutnya, mengandalkan teknologi Wolbachia yang digulirkan melalui inovasi Si Wolly Nyaman sebagai program penunjang penurunan DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama sebelumnya mengingatkan bahwa perindukan nyamuk bisa berkembang di mana saja.

Bahkan bisa berkembang melalui genangan yang ada di luar rumah maupun di dalam rumah, seperti tempat penampungan air ataupun kolam. Sebab itu, gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dinilai sangat penting.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved