Berita Viral

VIRAL Guru MAN 1 Lamongan Bentak Siswa dan Gebrak Meja, Begini Klarifikasi Kepsek

Begini awal mula kasus video viral ibu guru MAN 1 Lamongan membentak siswa dan menggebrak meja. Kepala sekolah klarifikasi.

Tangkapan Layar YouTube MAN 1 Lamongan
Foto Gedung Sekolah MAN 1 Lamongan 

TRIBUNJOGJA.COM, JAWA TIMUR - Video 25 detik yang memperlihatkan oknum guru perempuan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lamongan, Jawa Timur, membentak siswa dan menggebrak meja, baru-baru ini viral di media sosial.

Diwartakan Kompas.com, Kamis (6/2/2025), kejadian viral tersebut terjadi pada 31 Januari 2025.

Peristiwa oknum guru MAN 1 Lamongan membentak siswa dan menggebrak meja terjadi ketika sejumlah siswa mempertanyakan data eligible mereka yang tidak dapat ter-input dalam sistem pendaftaran Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). 

Data eligible adalah data siswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti SNBP.

Terdapat 22 siswa di MAN 1 Lamongan yang data eligible-nya tidak ter-input.

Lantaran nilai sejumlah siswa tidak muncul, mereka terancam tidak dapat mengikuti jalur SNBP, salah satu jalur pendaftaran masuk perguruan tinggi yang diharapkan. 

Siswa protes nilainya tidak muncul karena sudah bersusah payah belajar agar mendapatkan nilai tinggi, sejak semester I sampai V dengan harapan bisa mendapatkan kesempatan masuk PTN melalui jalur prestasi (SNBP).

Harapan mereka pupus.

Percakapan dalam video viral guru MAN 1 Lamongan marah-marah

Melansir video viral di media sosial, oknum guru berkacamata yang memakai jilbab warna merah muda tampak berbicara dengan nada tinggi ketika menjawab perta

Ibu Guru : Itu di sistemnya masing-masing itu sudah bener, gitu lho. Lho, sampeyan (menggebrak meja) di kelas 10 E itu sudah kita pindah ke kelasnya masing-masing, gitu lho. Saya cek (menggebrak meja) tadi malem itu di KSKK.

Siswa : Lha ya, kenapa kok nggak bisa ke-input itu kenapa?

Ibu Guru : Lha ya kan nggak bisa masuk, sistem anak-anak, dari pusat itu sistemnya. 

Dalam video viral tersebut, terdengar isak tangis dari siswa di dalam kelas. 

Mereka merasa tidak adil, belajarnya selama ini sia-sia karena nilai tidak masuk.

Duduk perkara kasus nilai siswa tidak masuk

Dikutip dari TribunMataraman.com, Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lamongan, Nur Endah Mahmudah, pada Selasa (4/2/2025) mengungkapkan, awal mula masalah timbul karena miskomunikasi.

Menurut Endah, secara administratif siswa tidak mengalami masalah karena tahun ini pihak sekolah telah menerapkan sistem baru, yaitu e-rapor.

Namun, ternyata ada 22 siswa yang nilainya tidak terbaca dalam sistem e-rapor. 

Akibatnya, mereka tidak terdaftar sebagai siswa eligible untuk mengikuti seleksi SNBP.

Endah memaparkan, tahun ini pihaknya menerapkan sistem baru berupa e-rapor dari Rapot Digital Madrasah (RDM) yang terhubung ke Pusdatin. 

Klarifikasi Kepala Sekolah

Kepala MAN 1 Lamongan  yang ditemui media pada Selasa mengatakan, viralnya video oknum guru membentak siswa dan menggebrak meja dapat dijadikan pembelajaran agar baik siswa maupun guru dapat berhati-hati.

Saat ditemui media, ia menyinggung tentang siswa Gen Z yang merekam dan mengunggah video viral tersebut.

“Ini hanya miskomunikasi. (Guru) yang nggebrak (meja) juga nggak ada niatan untuk seperti itu. Saya yakin itu hanya saking tanggungjawabnya dia sebagai penanggungjawab untuk menyukseskan anak-anak,” katanya, dikutip Tribunjogja.com dari video wawancara Nur Endah Mahmudah dengan awak media.

“Begitu juga anak-anak. Kenapa sampai terjadi seperti itu, karena anak-anak ini Gen Z, apa pun yang terjadi, inginnya semua di-up, semua di-up. Padahal apa pun itu kan tidak bisa langsung semua di-up, karena harus ada privacy, apalagi ada Undang-Undang ITE,” ucapnya.

“(Video viral) itu momen menyampaikan ke anak-anak, karena apa, karena anak-anak tidak bisa mengikuti yang dari eligible kan, sehingga disampaikan, karena harus disampaikan ke anak-anak, nggak mungkin kita tutup, oh ini tahu-tahu nggak ikut, nah ini juga kita transparan, kita sampaikan ke anak-anak,” imbuhnya.

Mengutip TribunMataraman.com, Kepala MAN 1 Lamongan mengatakan, 22 siswa yang nilainya tidak terbaca masih memiliki banyak alternatif untuk masuk PTN melalui jalur lain, seperti SPAN, PTKIN, atau jalur mandiri.

“Kami memahami kekecewaan siswa, tetapi ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada banyak peluang lain yang bisa mereka tempuh,” katanya.

Terkait dengan solusi bagi siswa yang terdampak, pihak sekolah menerima kabar bahwa ada kesempatan bagi siswa untuk mendaftar kembali, meskipun masih menunggu kepastian teknis.

“Jika memungkinkan, pihak sekolah akan memastikan data diisi ulang dengan benar melalui jalur manual,” ungkapnya. 

Kepala MAN 1 Lamongan mengingatkan, kuota jalur manual hanya mencakup 40 persen, lebih kecil dibandingkan dengan jalur e-rapor yang mencapai 45 persen.

Namun, hal itu memberi harapan baru bagi siswa yang sebelumnya tidak terdaftar.

“Status Eligible tidak menjamin masuk PTN, tetapi memberikan hak untuk mendaftar. Siswa tetap harus bersaing di tingkat nasional sesuai dengan pilihan kampusnya,” jelasnya lebih lanjut. 

Orangtua siswa datang ke sekolah

Pada Senin (3/2/2025) pagi, orangtua dari 22 siswa yang nilainya tidak terbaca datang ke MAN 1 Lamongan untuk bertemu dengan pihak sekolah.

Para wali murid datang untuk mempertanyakan nasib anak-anak mereka.

Pada Kamis (6/2/2025), seluruh wali murid dari 22 siswa yang terdampak telah menerima penjelasan secara menyeluruh.

Kepala MAN 1 Lamongan juga mengatakan, pihak sekolah dan wali murid sudah mencapai kesepahaman.

“Alhamdulillah, kami sudah mencapai kesepahaman. Semua pihak, baik wali murid, siswa, maupun sekolah, berkomitmen untuk saling memperbaiki dan mengevaluasi demi kebaikan bersama,” tuturnya.

(Tribunjogja.com/Kompas.com/TribunMataraman.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved