Kisah Inspiratif
KISAH Pembuatan Kue Moho di Magelang Dipasarkan hingga Jogja, Muntilan, Parakan, Temanggung
Menjelang perayaan Imlek Selain kue keranjang, kue moho juga menjadi salah satu yang diminati. Kue ini menyerupai bolu kukus
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
* Banyak Dicari Jelang Imlek, Simbol Harapan Rezeki Melimpah
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Menjelang perayaan Imlek, kudapan khas masyarakat Tionghoa mulai banyak dicari.
Selain kue keranjang, kue moho juga menjadi salah satu yang diminati.
Kue ini menyerupai bolu kukus, namun bagian atasnya merekah dengan ciri khas yang unik.
Di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, terdapat seorang perajin kue moho bernama Darmanta (40).
Ia merasakan berkah menjelang Imlek dengan adanya peningkatan pesanan.
"Jelang Imlek ini ada peningkatan sekitar 100 bijian (kue moho) lah. Biasanya kalau ada pesanan (untuk Imlek) itu konsumen pesan yang ukuran besar," ujar Darmanta belum lama ini.
Darmanta menjelaskan, usaha pembuatan kue moho tersebut sudah berjalan hingga generasi kedua, dimulai oleh ayahnya sekitar tahun 1980-an dan kini dilanjutkan olehnya.
Darmanta memproduksi kue moho setiap hari dengan libur hanya dua kali sebulan.
Dalam sehari, ia mengolah dua karung tepung, masing-masing seberat 25 kilogram.
Kue yang dihasilkannya dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jogja, Muntilan, Parakan, Temanggung, hingga Magelang.
• KISAH Dua Pemuda di Magelang Hasilkan Uang Jutaan Rupiah dari Budidaya Maggot
Dengan bantuan lima pekerja di industri rumahan ini, permintaan kue moho meningkat tajam saat perayaan Imlek.
Proses pembuatan kue moho dilakukan secara manual. Adonan terdiri dari tepung, tape, gula, dan pewarna makanan.
“Adonan ditunggu sampai melar sekitar empat jam. Setelah itu, baru ditambahkan gula, dibungkus, lalu dikukus. Proses pengukusan hanya tiga menit dengan air yang mendidih dan api
besar supaya kue bisa mengembang dengan baik,” jelas Darmanta.
Setiap harinya, Darmanta memulai produksi pukul 14.30 WIB dan selesai sekitar pukul 20.00 WIB.
Hasil produksi kemudian didistribusikan ke pasar-pasar pada malam harinya.
Adapun Darmanta memproduksi kue moho dengan dua ukuran tiap harinya. Untuk ukuran kecil dihargai Rp 500 sementara ukuran besar dipatok Rp 1.000.
“Kalau pagi biasanya diantar ke Muntilan, malamnya ke Temanggung. Pasar-pasar itu saya kirim malam hari,” tambahnya.
• KOMPLEKS Makam Eksklusif di Jogja Lantai Dua, Tipe Harmony Diharga Rp160 Juta
Salah satu ciri khas kue moho adalah warna merah muda yang mendominasi.
Meskipun pernah mencoba warna lain seperti hijau dan coklat, hasilnya kurang diminati.
“Pink sama putih yang paling ramai. Kalau warna lain malah seperti bolu kukus. Atasnya biasanya ditambahkan gula Jawa sebagai pelengkap,” kata Darmanta.
Usaha ini pertama kali dirintis oleh Suradi (65), ayah Darmanta. Suradi belajar membuat kue dari kakaknya pada tahun 1990-an dan mulai berproduksi sendiri di tahun 2002.
Kini, usaha ini dijalankan dengan bantuan keluarga, termasuk anak-anak dan cucu-cucu Suradi.
Selama pandemi Covid-19, usaha ini sempat terhenti sementara.
Namun, Darmanta kini kembali bangkit dan terus menjaga tradisi keluarganya.
“Bahan-bahan seperti tepung dan tape sudah disuplai. Tinggal telpon, semuanya datang,” katanya.
Makna Khusus

Wakil Ketua Harian Tempat Ibadah Liong Hok Bio Magelang, Gunawan menjelaskan, berbagai kudapan tradisional yang disajikan saat Imlek seperti kue keranjang, kue cithok, dan kue moho mengandung makna khusus dalam tradisi masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Gunawan menyebutkan bahwa kue moho yang mekar seperti kembang melambangkan rezeki yang terus berkembang dan melimpah.
“Jadi harapannya semakin banyak pula rezeki yang berlimpah,” ujar Gunawan.
Selain itu, Gunawan menambahkan bahwa kue cithok berbentuk seperti kura-kura, yang melambangkan usia panjang.
Harapannya, umat yang melakukan persembahyangan juga diberi umur panjang.
Di Kelenteng Liong HOk Bio juga ada wajik yang dibentuk menyerupai tumpeng. Itu melambangkan rasa syukur.
“Semakin tinggi tumpeng, semakin baik dan semakin besar pula rasa syukurnya,” ungkapnya. (Tribunjogja.com/tro)
• Alumni UGM Yogyakarta Lakukan Perjalanan ke Benua Terdingin di Kutub Selatan Bumi
Baca Buku Bonus Sayur, Cara Karang Taruna Margoyoso Magelang Kerek Minat Baca |
![]() |
---|
Cerita Anak Bintara Brimob Polda DIY Raih Adhi Makayasa AAU 2025 |
![]() |
---|
Cerita Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMP 2025, Kampanye Soal Ini |
![]() |
---|
Dari Enceng Gondok Jadi Peluang Kerja: Cerita Aiptu Sukirja Rintis Usaha Kerajinan |
![]() |
---|
Kisah Percetakan di Kulon Progo Cetak hingga 10 Juta Amplop Saat Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.