Tol Jogja Solo

Keraton Jogja Keluarkan Serat Palilah Pindah Makam Terdampak Tol Jogja-Solo 

Jenazah Kyai Kromo Ijoyo atau Mbah Celeng yang makamnya terdampak pembangunan jalan tol Jogja- Solo paket 2,2 di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
Excavator bekerja diseputar komplek makam Kyai Kromo Ijoyo yang terdampak jalan tol Jogja-Solo paket 2.2 di Kalurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman 

Hanya saja, pihaknya sangat hati-hati dan mengedepankan adat istiadat yang berlaku di wilayah setempat.

Sebab, kata dia, almarhum Kyai Kromo Ijoyo merupakan tokoh pendiri atau cikal bakal yang menurunkan ahli waris masyarakat padukuhan Ketingan. 

Excavator bekerja di seputar komplek makam Kyai Kromo Ijoyo yang terdampak jalan tol Jogja-Solo paket 2.2 di Kalurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman
Excavator bekerja di seputar komplek makam Kyai Kromo Ijoyo yang terdampak jalan tol Jogja-Solo paket 2.2 di Kalurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

Adapun sugengan atau ritual doa dilakukan sebagai sarana memohon kepada Tuhan agar diberikan kelancaran dan keselamatan dalam prosesi pemindahan makam. 

"Menurut catatan beberapa informasi, almarhum adalah salah satu prajurit dari pangeran Diponegoro yang membantu perjuangan pangeran Diponegoro dalam perang melawan kolonialisme Belanda," kata Agung. 

Lebih lanjut, Agung mengungkapkan, komplek makam Kyai Kromo Ijoyo terdampak proyek jalan tol paket 2.2 di STA 56+760 yang rencananya akan ditimbun. 

Adapun dibagian tengahnya akan dipasang box culvert untuk akses jalan desa yang menghubungkan Padukuhan Ketingan menuju embung Ketingan. 

"Jadi nanti ada box-nya untuk akses jalan warga masyarakat, yang mau ke embung maupun ke arah desa," ujar dia. 

Lurah Tirtoadi, Mardiharto mengatakan prosesi pemindahan makam Kyai Kromo Ijoyo yang terdampak pembangunan Jalan Tol Jogja-Solo ini sudah berdasarkan petunjuk dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi. 

Menurut dia, pihaknya sebagai bagian dari ahli waris di Padukuhan Ketingan telah melakukan pemindahan, dengan serangkaian prosesi doa, untuk memuliakan almarhum. 

"Harapannya diberikan kemudahan, keselamatan dan kemakmuran," katanya. 

Menurut dia, pembongkaran makam dilakukan sekira pukul tujuh pagi dan selesai dipindahkan pukul sembilan pagi. 

Mardiharto mengatakan, semestinya prosesi pemindahan makam bisa dilakukan pada Rabu (15/1/2025).

Namun berhubung prosesi adat yang dilakukan kemarin berlangsung hingga pukul 17.00 sore sehingga eksekusi pembongkaran makam dilanjutkan pada pagi harinya. 

"Jadi tadi pagi cuma eksekusi makam saja. Prosesi adatnya sudah sejak kemarin. Kedepan tinggal menyempurnakan komplek makam yang baru," ujar dia. 

Bangunan komplek makam yang baru memang terlihat belum sempurna. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved