Inilah Jurus Pemkab Sleman Stabilkan Harga Cabai yang Melambung Tinggi

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman pun melakukan langkah strategis dalam upaya menjaga stabilisasi harga dan ketersediaan cabai. 

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
Dok. Istimewa
Suasana di pasar lelang cabai di Kabupaten Sleman 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Harga komoditas cabai di sejumlah pasar tradisional di Bumi Sembada melambung tinggi, bahkan di atas ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Kementerian Pertanian.

Hal ini karena dampak perubahan iklim, yang menyebabkan pasokan komoditas cabai di pasar berkurang.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman pun melakukan langkah strategis dalam upaya menjaga stabilisasi harga dan ketersediaan cabai. 

Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Immawan Nur Syaifuddin Ahmad mengungkap mitigasi yang dilakukan Pemkab Sleman.

Untuk menstabilkan harga cabai di antaranya dengan melaksanakan gerakan penanaman cabai di pekarangan.

Aksi ini digalakkan pada 30 Oktober 2024 lalu, dan proses pemanenan diperkirakan terjadi pada awal Februari mendatang. 

"Pemkab Sleman juga mendorong kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat, agar memanfaatkan pekarangan sebagai lahan menanam aneka sayuran maupun komoditas tertentu yang harga di pasaran mengalami kenaikan," kata Imawan, Kamis (16/1/2024). 

Adapun untuk mendukung program tersebut, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman telah menyediakan sekaligus menyalurkan sejumlah bantuan.

Bantuan itu berupa bibit atau benih aneka sayuran termasuk benih cabai, polybag, dan pupuk organik. ]

Bantuan tersebut dapat diakses oleh kelompok masyarakat melalui Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Sleman.

"Kegiatan ini sudah berjalan beberapa tahun dan untuk saat ini beberapa KWT juga ada yang panen, seperti di KWT Mekar Lestari Kapanewon Gamping," ungkapnya. 

Menurut dia, keadaan tidak stabilnya harga komoditas cabai dipengaruhi oleh faktor cuaca.

Cuaca ekstrem dan intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mati atau mengalami fusarium, yang merupakan penyakit layu pada tanaman. 

Immawan menyebut, kondisi ini terjadi di semua daerah yang menjadi sentra cabai di Jawa. Kendati demikian, ketersediaan cabai di Kabupaten Sleman mencapai lebih kurang 1-2 ton per hari. 

"Kondisi harga cabai saat ini tinggi di atas ketentuan HPP Kementan, wajar. Karena pasokan cabai di pasar berkurang banyak akibat dari pertanaman cabai di petani yang rusak atau mati karena hujan dengan intensitas tinggi selama Desember 2024 kemarin," jelas Immawan. 

Meski begitu, menurut dia, cabai di Kabupaten Sleman panen sepanjang tahun, walupun, di bulan Desember 2024 hingga Januari 2025 terdapat cuaca ekstrem.

Kondisi cuaca ekstrem itu berupa hujan deras dengan intensitas tinggi yang menyebabkan banyak pertanaman cabai mati terkena busuk batang maupun fusarium.

Tingkat kerusakan ditaksir mencapai 70 persen sehingga produksi atau panen menurun. Ia meyakini, harga bulan depan mulai berangsur turun. 

"Kecenderungan harga akan turun di bulan depan. Sudah ada panenan di sentra cabai Jawa timur," ujar dia. 

Komoditas cabai rawit di pasaran dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu ORI dan RM.

Cabai rawit ORI merupakan jenis cabai rawit yang berkulit tebal, lebih tahan lama, dan kurang pedas.

Sedangkan cabai rawit RM atau Gorga memiliki ciri-ciri berkulit tipis, tidak bisa bertahan lama, dan rasanya lebih pedas dibandingkan jenis ORI.

Sedangkan untuk jenis OER TAVI merupakan jenis cabai rawit tahan virus. Di pasaran, cabai ini masuk jenis ORI. Begitu juga ELX merupakan jenis cabai merah keriting yang tahan virus. 

Data DP3 Kabupaten Sleman per 15 Januari 2025, harga lelang komoditas cabai rawit merah (RM cabai rawit) di kisaran harga Rp62 ribu/kg.

Sedangkan harga ORI cabai rawit mencapai Rp70 ribu/kg, kemudian ORI K cabai rawit sebesar Rp62 ribu per kilogram.

Berikutnya, harga OER TAVI cabai rawit harga lelangnya menembus Rp63 ribu/kg dan harga ELX untuk cabai merah keriting Rp48 ribu per kilogram. 

Harga lelang cabai tersebut mengalami perubahan setiap hari. Tetapi harga tersebut tidak berlangsung lama. Sebab ada tren mengalami penurunan. 

"Kalau dari segi pemasaran, Perkumpulan Petani Holtikultura Puncak Merapi (PPHPM) memasarkan komoditas cabai ke pasar lokal sebesar 30 persen, dan 70 persen diserap oleh pedagang lokal," katanya. 

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman Kurnia Astuti sebelumnya mengatakan, meskipun harga cabai melambung tinggi, ketersediaan masih aman.

Sebab suplai cabai yang beredar di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Sleman dipasok juga dari luar daerah. Misalnya dari Wonosobo, Karanganyar hingga Kopeng. 

"Suplai cabai kita (di Sleman) saat ini banyak yang berasal dari luar sleman. Karena cabai Sleman juga banyak yang keluar karena kualitas bagus dan harga mahal," ujar dia.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved