Tahun 2025 Jadi Momentum untuk Wujudkan Pariwisata DIY yang Terintegrasi dan Berkualitas
Agar pariwisata DIY semakin berkembang, quality tourism atau pariwisata berkualitas harus digenjot.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Ardyanto Setyo Ajie, menyebut pariwisata di DIY harus terintegrasi dengan baik.
Menurut dia, kemudahan informasi satu pintu, baik mengenai cuaca, lalu lintas, destinasi, akomodasi, kuliner dan lain-lain dari 4 kabupaten dan 1 kota di DIY akan memudahkan wisatawan.
“Sudah saatnya momentum perubahan pariwisata DIY tahun 2025 menjadi real Jogja tourism integrated bisa diwujudkan bersama. Sekaligus evaluasi bermasa stakeholder pariwisata DIY, sejauh mana impact ekonomi pariwisata. Apakah mampu atau tidak membawa 13 gerbong usaha jasa pariwisata tumbuh bersama,” katanya, Minggu (05/01/2025).
Agar pariwisata DIY semakin berkembang, quality tourism atau pariwisata berkualitas harus digenjot.
Pasalnya, pariwisata berkualitas merupakan upaya untuk menggerakkan sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, dibutuhkan kerja sama semua stakeholder pariwisata.
Mulai dari industri pariwisata, pemerintah provinsi hingga kabupaten/kota.
“Mengingat keterbatasan wilayah di DIY dan terbuka lebarnya infrastruktur dan akses masuk ke Yogyakarta, selected market menjadi langkah bijak dalam membawa dampak pariwisata dari sisi ekonomi DIY menjadi lebih baik dan sehat, serta bermanfaat bagi masyarakat,” lanjutnya.
Baca juga: Program Teman Bus Berakhir, Trans Jogja Tetap jadi Andalan Masyarakat DIY
Terpisah, Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Tri Saktiyana menerangkan Pemda DIY tengah berproses untuk mewujudkan pariwisata berkualitas di DIY.
Ia menilai ada perbedaan karakteristik antara pariwisata berkualitas dengan mass tourism atau pariwisata massal.
Pariwisata berkualitas tidak menakar pasti jumlah kunjungan wisatawan seperti pariwisata massal.
“Tentu kami akan mengembangkan objek-objek wisata yang sesuai wisata berkualitas. Kalau seperti Parangtritis itu kan mass tourism yang sudah melegenda. Tetapi ada sentuhan-sentuhan baru pantai-pantai di Gunungkidul dan pegunungan Indah di Kulon Progo, ini nggak bisa mass tourism,” terangnya.
“Kemudian Nglanggeran itu menurunkan jumlah wisatawan, tetapi meningkatkan belanja. Jadi masih tetap berproses, karena perlu ada perubahan perilaku dari mass tourism ke quality tourism, ini proses gradual,” lanjutnya.
Tri menambahkan untuk menuju pariwisata berkualitas butuh peran semua pihak, mulai dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), GIPI, industri pariwisata, hingga stakeholder pariwisata lainnya.
“Ini bukan hanya pemerintah saja, tetapi pelaku wisata, PHRI, GIPI, dan lain-lain, kami dorong untung menyiapkan itu (pariwisata berkualitas),” imbuhnya. (*)
BPKA DIY Sebut Hotel Bisa Ajukan Keringanan Pajak di Kabupaten/Kota Masing-masing |
![]() |
---|
GIPI DIY Sebut Industri Pariwisata Butuh Pembiayaan Perbankan dengan Bunga Rendah |
![]() |
---|
Pajak Air Tanah Naik, PHRI DIY Mengeluh: Biaya Operasional Hotel dan Restoran Bengkak |
![]() |
---|
PHRI DIY Sambut Baik Rencana PPh DTP Bagi Karyawan Hotel, Restoran dan Kafe |
![]() |
---|
Kekecewaan PHRI DIY Terkait Pembatalan Gelaran Wayang Jogja Night Carnival 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.