Mengembangkan Perspektif dan Insight Baru dengan Ilmu Sosial Dasar

Dalam kehidupan, manusia membutuhkan manusia lain untuk melaksanakan kegiatan serta aktivitas sehari-hari.

Editor: Hari Susmayanti
Humas Polda DIY
ILUSTRASI KERJA BAKTI - Polda DIY bersama TNI dan masyarakat bersama-sama kerja bakti membersihkan lingkungan Taman Siswa Yogyakarta menyongsong HUT ke-77 Bhayangkara. 

Muhammad Hafidz Erlangga

Mahasiswa Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada

“Manusia sebagai makhluk sosial” adalah diksi yang sering kita kenal dan dengar.

Namun, apakah istilah ini benar-benar relevan dan sudah kita laksanakan serta rasakan?

Pertanyaan ini menjadi acuan kita untuk menggali lebih dalam mengenai apa itu ilmu sosial, dampaknya terhadap cara berpikir manusia, dan seberapa penting hal ini dalam kehidupan.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan membagikan sedikit pengetahuan yang saya miliki sebagai mahasiswa berdasarkan pembelajaran saya di kelas Ilmu Sosial Dasar.

Dalam kehidupan, manusia membutuhkan manusia lain untuk melaksanakan kegiatan serta aktivitas sehari-hari.

Artinya, mustahil bagi kita untuk tidak memerlukan individu lain dalam kehidupan.

Contoh sederhana dan mendasar: bagaimana kita bisa lahir tanpa seorang ibu? Apakah kita dapat makan nasi tanpa beras yang ditanam dan dipanen oleh petani? Hal-hal sederhana seperti ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita.

Kemudian, istilah “sosial” berasal dari kata socius (bahasa Latin) yang berarti “segala sesuatu yang lahir.”

Menurut Soerjono Soekanto, sosial merujuk pada prestise seseorang di dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, sosial adalah hal yang erat kaitannya dengan masyarakat dan telah melekat pada individu sejak ia lahir. Sosial ini sendiri akan selalu ada selama manusia ada.

Untuk memahami manusia sebagai makhluk sosial, kita perlu melihat dari tiga cabang pemikiran penting yang saling berhubungan:ontologis, aksiologis, dan epistemologis.

· Ontologis: Cabang pemikiran ini bertanya tentang realitas dan hakikat keberadaan sesuatu.

Manusia dikatakan sebagai manusia apabila ia hidup dan bernapas, namun hakikat keberadaannya ditentukan oleh dirinya sendiri atau hubungannya dengan individu lain? 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved