Berita Kulonprogo Hari Ini

Sanggar Sripanglaras di Kapanewon Kokap, Penjaga Tari Angguk Khas Kulon Progo

Tari Angguk sempat mengalami masa-masa kelam sebelum akhirnya kembali terangkat dan kini menjadi identitas seni budaya dari Kulon Progo.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Alexander Ermando
Penampilan Tari Angguk oleh remaja putri di Sanggar Sripanglaras, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo, Kamis (05/12/2024 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Tari Angguk merupakan salah satu ikon kesenian yang ada di Kulon Progo. Kesenian tradisional ini sempat mengalami masa-masa kelam sebelum akhirnya kembali terangkat dan kini menjadi identitas seni budaya dari Kulon Progo.


Kisah naik-turunnya Tari Angguk dituturkan oleh Surajiyo, atau yang akrab disapa Ki Capang. Ia merupakan pendiri dan pengelola Sanggar Sripanglaras di Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap.


"Sanggar Sripanglaras ini saya dirikan bersama istri di tahun 2001, kebetulan kami berdua memang seniman," ujar Surajiyo pada Kamis (05/12/2024).


Namun kiprahnya pada Tari Angguk sudah berlangsung jauh sebelum sanggarnya didirikan. Awalnya di tahun 1991, ia terlibat dalam kelompok kesenian Tari Angguk, yang saat itu penarinya hanya dari putra atau laki-laki.


Surajiyo masih ingat penampilan pertama Tari Angguk yang ia usung yaitu pada 17 Agustus 1991. Saat itu, untuk pertama kalinya Tari Angguk ditampilkan oleh penari putri atau perempuan.


Penampilan mereka pun menyita perhatian seorang camat yang saat itu ikut hadir menyaksikan. Menurut Surajiyo, camat itu menyarankan agar kegiatan tersebut diseriusi dalam bentuk kelompok kesenian.


"Berdasarkan saran tersebut, akhirnya kami bentuk grup Tari Angguk dengan nama Sri Lestari pada 1991," jelasnya.


Nasib baik pun menaungi Sri Lestari, di mana aktivitas mereka semakin berkembang dan kerap tampil di berbagai acara. Namun saat krisis moneter melanda pada 1998, aktivitas kesenian meredup hingga akhirnya vakum, bahkan sampai grup tarinya dibubarkan.


Surajiyo dan istrinya, Sri merasa Tari Angguk masih sangat potensial untuk kembali dikembangkan. Hingga akhirnya pada tahun 2001, ia mendirikan Sanggar Sripanglaras yang mampu bertahan sampai kini.


"Nama Sripanglaras berasal dari nama saya dan istri, ditambah kata Laras yang bermakna Selaras," kata Surajiyo.


Seperti pendahulunya, Sripanglaras juga semakin berkembang bahkan lebih dikenal. Para penari dari sanggar ini pernah tampil ke berbagai daerah, termasuk di Istana Merdeka saat masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI.


Selain menghadirkan Tari Angguk putri, Sanggar Sripanglaras juga memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk ikut tampil. Hal inilah yang membuat sanggar besutan Suharjiyo terbilang istimewa.


"Mereka semua bisa berlatih di sini secara gratis, bahkan yang penyandang disabilitas kami jemput agar bisa ikut latihan," ujar Suharjiyo.


Meski terbilang senior, Sanggar Sripanglaras masih menjumpai sejumlah kendala seperti kondisi peralatan pendukung penampilan yang belum memadai. Terkadang, mereka sampai harus meminjam peralatan agar bisa tampil maksimal.


Namun Suharjiyo tetap bersyukur dan bangga dengan sanggar yang ia dirikan. Apalagi Sanggar Sripanglaras mampu bertahan cukup lama sampai saat ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved