Berita Internasional
GEJOLAK Darurat Militer Korea Selatan: Ada 28.500 Pasukan Amerika hingga Media Dikontrol Pemerintah
Korea Selatan di ambang gejolak. Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan adanya darurat militer pada tengah malam di hari Selasa (3/12/2024) waktu
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Korea Selatan di ambang gejolak. Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan adanya darurat militer pada tengah malam di hari Selasa (3/12/2024) waktu setempat dengan tujuan untuk melindungi negara.
Yoon menuduh partai oposisi di negara tersebut bersimpati dengan Korea Utara dan berupaya untuk melumpuhkan pemerintahan dengan aktivitas anti-negara.
Yoon membuat pengumuman tersebut dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.
Dia pun berjanji untuk melenyapkan kekuatan pro-Korea Utara dan melindungi tatanan demokrasi yang konstitusional, mengutip CNN.
“Saya akan melenyapkan kekuatan anti-negara secepat mungkin dan menormalisasi negara,” katanya, sambil meminta masyarakat untuk percaya padanya dan menoleransi beberapa ketidaknyamanan.
Korea Selatan adalah sekutu regional utama Amerika dan rumah bagi puluhan ribu tentara Amerika.
Ketidakstabilan politik menakjubkan yang kini terjadi di Korea Selatan akan berdampak jauh di luar negeri, termasuk di Washington.
Baca juga: MENGAPA Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol Mengumumkan Darurat Militer? Ini Penjelasannya
Korea Selatan dan Amerika Serikat mempunyai perjanjian pertahanan bersama yang sudah berumur puluhan tahun.
Artinya, keduanya harus membantu satu sama lain jika mereka diserang.
Instalasi militer utama Amerika tersebar di Korea Selatan.

Diantaranya adalah Kamp Humphreys milik Angkatan Darat Amerika, instalasi militer Amerika terbesar di luar Amerika dengan populasi lebih dari 41.000 anggota militer Amerika, pekerja sipil, kontraktor, dan anggota keluarga.
Tercatat, ada 28.500 tentara Amerika yang memang ditempatkan di Korea Selatan untuk menjaga negara tersebut terhadap ancaman dari Korea Utara.
Selain Jepang dan Filipina, yang juga memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Amerika, Korea Selatan adalah bagian dari trio kekuatan regional yang telah membantu memperkuat kekuatan Amerika di Asia dan Pasifik selama beberapa dekade.
Para pendukung berpendapat bahwa kehadiran pasukan Amerika dalam jumlah besar di Semenanjung Korea sangat penting untuk mencegah potensi serangan dari Korea Utara.
Ini seiring dengan rezim Kim Jong Un terus membangun persenjataan nuklirnya dan sebagai cara untuk memperkuat kehadiran Amerika di wilayah tersebut untuk melawan agresi Tiongkok.
Walaupun ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah surut dan mengalir dalam beberapa dekade terakhir, hubungan tersebut menjadi semakin tegang sejak Yoon menjabat, dengan kedua belah pihak semakin menggunakan retorika dan tindakan yang mengancam.
Mengutip The Guardian, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Kurt Campbell mengatakan bahwa AS mengamati perkembangan terkini di Korea Selatan dengan keprihatinan yang besar.
“Kami mempunyai harapan dan ekspektasi bahwa setiap perselisihan politik di Korea Selatan akan diselesaikan secara damai dan sesuai dengan supremasi hukum,” kata Campbell pada hari Selasa (3/12/2024) di sebuah acara di Departemen Luar Negeri AS.
Baca juga: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Umumkan Martial Law atau Darurat Militer
Komandan darurat militer, Park An Su menyatakan semua kegiatan politik dilarang di Korea Selatan setelah pemberlakuan darurat militer pada hari Selasa.
“Semua media akan berada di bawah pengawasan pemerintah,” katanya.
Dia juga mengatakan, semua kegiatan politik, termasuk kegiatan majelis nasional, dewan lokal, partai politik, dan asosiasi politik, serta majelis dan demonstrasi, dilarang keras.
“Semua media dan publikasi harus tunduk pada kendali komando darurat militer,” tambahnya.
Dengan diberlakukannya darurat militer, semua unit militer di wilayah selatan, yang secara teknis masih berperang dengan wilayah utara yang mempunyai senjata nuklir, telah diperintahkan untuk memperkuat kewaspadaan darurat dan postur kesiapan mereka.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )
Akhir Perjalanan Sleeping Prince, Alwaleed bin Khaled Al Talal Meninggal Setelah 20 Tahun Koma |
![]() |
---|
Krisis Air di Gaza, Israel Serang Warga Palestina yang Cari Bantuan Air, 10 Tewas Termasuk Anak-anak |
![]() |
---|
Donald Trump dan Benjamin Netanyahu Bertemu, Bahas Rencana Kontroversial Usir Warga Gaza |
![]() |
---|
Daftar Negara dengan Harga BBM Termurah di Dunia 2025: Malaysia Rp 7 Ribu AS Rp 15 Ribu |
![]() |
---|
Ribuan Bayi di Gaza Kelaparan, Pasokan Susu Formula Menipis di Bawah Blokade Israel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.