Optimalkan Tumbuh Kembang Anak, MUI DIY Dorong Pembangunan Keluarga Tangguh

Ketua Umum Dewan Pengurus MUI DIY, KH Machasin, menandaskan perkembangan zaman menimbulkan pergeseran pola pikir antar generasi.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. MUI DIY
Jajaran MUI DIY foto bersama narasumber dan peserta semiloka Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga, Sabtu (23/11/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY mendorong pembangunan keluarga tangguh, untuk tumbuh kembang anak yang lebih baik.

Dorongan itu, direalisasikan Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI DIY melalui seminar dan lokakarya dengan tema ‘Membangun Keluarga Tangguh dan Asyik bagi Anak’, pada Sabtu (23/11/2024).

Ketua Umum Dewan Pengurus MUI DIY, KH Machasin, menandaskan perkembangan zaman menimbulkan pergeseran pola pikir antar generasi.

Ia pun tidak memungkiri, menjadi keluarga yang asyik tidak pernah terpikirkan di generasinya, khususnya pada masa kanak-kanaknya terdahulu.

"Dulu itu, asyiknya ya bukan di keluarga, tapi saat di lingkungan, karena bisa bermain, berenang, atau berkegiatan lain dengan teman," ucapnya.

Ia menyebut, dengan segala kenyaman yang ada di dalam rumah dewasa ini, anak-anak punya potensi lebih dekat dengan orangtuanya.

Namun, kenyataannya, komunikasi antara anak dan orangtua tidak terjalin secara baik, karena masing-masing lebih senang bermain gawai. 

"Apalagi keluarga yang tinggal di perkotaan. Ada kecenderungan saat ini anak-anak mencari keasyikan melalui gawainya," terangnya.

Oleh sebab itu, melalui agenda tersebut, para peserta dibekali kiat mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik dengana keluarganya. 

Terutama dalam hal mengatasi ragam konflik, entah keuangan, mengelola anggaran rumah tangga, atau perencanaan jangka panjang.

"Untuk membantu memahami pentingnya kelekatan orang tua dan anak. Sehingga, orang tua menjadi figur yang positif, menyenangkan dan suportif," cetusnya.

Pegiat gender, Sarjoko S, yang didapuk menjadi salah satu narasumber, menekankan pentingnya peran orangtua sebagai teman bagi anaknya. 

Menurutnya, orangtua di era sekarang, harus memberi ruang berpendapat bagi anak, sekaligus tawaran yang sifatnya rekomendasi.

"Jadi, sifatnya rekomendasi, bukan paksaan. Gaya kepengasuhan serba memaksa kurang sesuai dengan karakter anak sekarang," jelasnya.

Sementara soal perkembangan teknologi informasi dan digitalisasi, ia menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari.

Sehingga, orangtua harus membekali diri, supaya mampu mengawasi segala aktivitas digital yang dilakukan anak-anaknya.

"Kita perlu membangun gerakan moderasi digital sebagai bentuk pendewasaan digital bagi para penggunanya, agar internet bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved