Rangkuman Materi Sejarah Kelas 11 SMA Bab 2 Unit B Bagian 5: Pers dan Sastra Pembawa Kemajuan

Rangkuman materi Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA Bab 2 Unit B Bagian 5 mengenai Pers dan Sastra Pembawa Kemajuan.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Buku Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas 11 SMA
Buku Sejarah Kelas 11 SMA 

Salah satu tujuannya adalah untuk memajukan rakyat pribumi dengan cara memberikan beasiswa dan pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.

Ketika berada di Bandung pada tahun 1907, ia menggagas penerbitan surat kabar Medan Prijaji yang diklaimnya sebagai pers pribumi pertama di Indonesia.

Melalui surat kabar ini, ia menginginkan bangsa Indonesia maju dan dapat melepas ketertinggalannya dari bangsa lain.

Baca juga: Rangkuman Materi Sejarah Kelas 11 SMA Bab 1 Unit C Bagian 6: Munculnya Sentimen Rasial

Selain itu Tirto juga menerbitkan majalah Soeloeh Keadilan, Pantjaran Warta, Soeara S.S (Staatsspoorwagen), dan Soeara Pegadaian.

Banyak tulisannya mengkritik pemerintah dan menyebarluaskan tindak sewenang-wenang pejabat kolonial. 

Pada tahun 1909 Tirto akhirnya dihukum dan diasingkan ke Lampung.

Pada tahun 1912 dia diasingkan kembali ke Maluku, setelah sempat dibebaskan, tahun 1916 ia tutup usia saat 38 tahun. 

Menjelang tahun 1920, kritik terhadap kebijakan Belanda semakin ramai diberitakan pers bumiputera. 

Surat kabar Oetoesan Melajoe (1911) dan Soeara Perempuan (1918) menjadi suara untuk perlawanan terhadap kolonialisme di Indonesia dengan semboyan kemerdekaan.

Tidak hanya lewat terbitan berkala, dari ranah sastra terdapat beberapa karya yang menggugah kesadaran antikolonialisme dan membangkitkan rasa nasionalisme Indonesia.

Karya fenomenal yang ditulis oleh Multatuli (nama samaran Douwes Dekker) berjudul Maz Havelaar (1860) telah membuka mata dunia tentang kemelaratan rakyat pribumi di negara koloni.

Selain itu, terdapat novel-novel yang menceritakan keadaan pada masa itu, seperti novel karya Mas Marco Kartodikromo yang berjudul Student Hidjo terbit pada 1918. 

Novel ini menceritakan tentang asal muasal kelahiran intelektual pribumi yang berasal dari kalangan elit rendahan atau borjuis kecil yang berani mengontraskan kehidupan di Belanda dengan di Hindia Belanda. 

Novel lain yang berjudul Hikayat Kadiroen karya Semaoen dan terbit pada tahun 1919. 

Novel ini kental dengan sudut pandang paham internasional yang mencoba menggambarkan situasi pergerakan yang berbasis nasional maupun internasional.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved