Inilah RoboSemp, Robot Hasil Inovasi Tim UNY untuk Semprot Cabai
RoboSemp ini dirancang untuk mengefektifkan dan mengefisienkan penyemprotan tanaman hortikultura khususnya tanaman cabai.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tim peneliti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui hibah Program Diseminasi Teknologi Indonesia (PDTI) 2024 melakukan diseminasi inovasi teknologi pada bidang pertanian.
Diseminasi ini berupa produk RoboSemp (robot semprot) versi 2, dan versi 3.
RoboSemp ini dirancang untuk mengefektifkan dan mengefisienkan penyemprotan tanaman hortikultura khususnya tanaman cabai.
Implementasi teknologi robotik ini diterapkan pada Gapoktan Mugi Mulyo, Desa Sedayu, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan total 428 petani mencakup 80 ha area pertanian.
Pengembangan teknologi robotik ini menjawab permasalahan yang dihadapi para petani hortikultura di daerah setempat.
Tingginya biaya dan frekuensi penyemprotan tanaman cabai terlebih pada musim penghujan menjadi tantangan tersendiri bagi petani.
Berawal dari masalah-masalah yang ada di lapangan, tim beranggotakan Prof. Dr. Samsul Hadi, M.T., M.Pd., Eko Prasetyo Nugroho S, M.Hum., M.Ikom., Rizqi Ilyasa Aghni, M.Pd., Moh Alif Hidayat Sofyan, M.Pd., dan Palupi Sri Wijayanti, M.Pd tergerak untuk menerapkan hasil risetnya.
Setelah beberapa kali dilakukan uji coba lapangan diperoleh hasil yaitu empat unit robot didesiminasikan kepada Gapoktan Mugi Mulyo.
Baca juga: Mahasiswa FIPP UNY Dapat Penghargaan dari Polresta Sleman, Kontribusi sebagai JBI
Beberapa manfaat dari diseminasi RoboSemp ini jika dibandingkan dengan semprot elektrik manual (punggung) maka kecepatan penyemprotan 3,6 kali lebih cepat untuk tanaman hortikultura pada medan bergulud.
“Pengembangan inovasi robotik untuk pertanian ini kami dedikasikan melalui pelatihan operasional RoboSemp kepada Gapoktan, robot ini mampu mempercepat kerja > 3 kali kecepatan semprot manual karena sprayernya double (kiri-kanan), itu secara fitur. Namun intinya, perhatian kami untuk mempermudah kerja petani saat ini” ujar Muslikhin, Ph.D. selaku ketua program PDTI ini.
Di samping itu, secara efektif biaya tenaga kerja dapat dihemat antara 45-62 persen dibanding penyemprotan manual.
Sebagai keberlanjutan dalam pengembangan teknologi ini, perlu dilakukan perluasan pendampingan dan pelatihan pada Gapoktan lain seperti di kawasan utara dan selatan Magelang.
Lebih dari itu, kolaborasi yang kuat dan berkesinambungan antara Gapoktan dan Lembaga Pendidikan Tinggi akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pengembangan fussion tech secara luas. (*)
Ribuan Ijazah Wisudawan UNY Terlambat Keluar, Rektor Sebut Tinggal 30 Persen yang Masih Diproses |
![]() |
---|
BeBot di Bali: Inovasi Teknologi untuk Pariwisata dan Lingkungan yang Bersih |
![]() |
---|
Komik AR Berbasis Budaya Aceh Karya Mahasiswa FMIPA UNY Bantu Siswa Kuasai Konsep Matematika |
![]() |
---|
Covatab, Inovasi Mahasiswa UNY untuk Gigi Sehat dan Lingkungan Lestari |
![]() |
---|
Kisah Mutia, Pecatur Muda Bantul Menenun Mimpi di Dunia Busana di UNY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.