Memahami Materi Fenomena Seni Rupa: Rangkuman Seni Budaya BAB 6 Kelas 11

Artikel berikut membahas mengenai fenomena seni rupa, Rangkuman Seni Budaya BAB 6 SMA kelas 11 Kurikulum Merdeka.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Pinterest
Pameran Karya Seni Rupa 

Istilah konseptual pertama kali dikemukakan oleh Edward Keinholz dan Herru Flint yang berasal dari California, tahun 1960.

Istilah konseptual adalah sinonim dari idea art,  dalam bahasa Latin berarti: pikiran, gagasan, atau ide. Jadi konseptual adalah sesuatu yang berkaitan dengan Konsep atau ide.

Seni konseptual disatukan oleh satu sikap penggunaan bahasa verbal dan non verbal, analogi atau ilmu bahasa menjadi esensi dan seni.

Seni konseptual menemukan spektrum baru dalam seni rupa, sebagai pengganti kiasan atau pantun dalam bahasa, surat kabar, majalah, periklanan, pos, telegram, buku-buku, katalogus, foto kopi, film, video, anggota badan, bahkan dunia ini bisa dijadikan medium atau objek seni. 

4. Seni Kontemporer

Pada Encyclopedia he World Art estetika kontemporer bertujuan untuk memilsafatkan dalam pengertian anti metaisik, dan kemudian membedakannya dari estetika-estetika sebelumnya.

Sementara Klaus Honnef mengidentifikasi seni rupa kontemporer sebagai perubahan paradoksal dari avant garde ke post avant garde, sedangkan John Grifith dan Endrew Benyamin menganggap seni rupa kontemporer bertentangan secara diametral dengan modernisme yang percaya pada universalisme.

Seni rupa kontemporer tidak percaya pada pusat-pusat perkembangan di mana pun, sebaliknya percaya pada perkembangan seni rupa dalam batas-batas kenegaraan.

Seni Rupa Posmodern

Istilah posmodernisme muncul pertama kali di wilayah seni, yakni seni musik, seni rupa, fiksi, film, fotografi, arsitektur, kritik sastra, dan sebagainya.

Istilah posmodern diartikan untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari dalam modernisme, sebuah gerakan yang menolak modernisme yang mandek dalam birokrasi museum dan akademi, menjelaskan siklus sejarah baru yang dimulai sejak berakhirnya dominasi barat, surutnya individualisme, kapitalisme, dan kristianitas, serta kebangkitan budaya non barat, serta hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari.

1. Karya-Karya Seni Rupa Era Posmodernism

Kebudayaan posmodern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan konsumerisme, di mana telah mempengaruhi cara-cara pengungkapan seni.

Dalam masyarakat konsumer terjadi perubahan-perubahan mendasar yang berkaitan dengan cara objek-objek seni secara umum dikonotasi, dan cara model konsumsi ini direkayasa oleh para produser. 

Masyarakat konsumer memiliki tiga bentuk “kekuasaan” yang beroperasi di belakang produser dan kekuasaan media massa yang menentukan bentuk dan gaya seni, dimana dalam masyarakat konsumer relasi antara subjek dan objek  dijelaskan melalui peran subjek sebagai ‘konsumer’, maksudnya melalui perkembangan mutakhir dalam teknologi produksi, yaitu; otomatisasi dan komputerisasi, peran pekerja dapat diminimalisasi sedemikian rupa, sehingga relasi produksi semakin kehilangan maknanya.

2.  Bahasa Estetik Posmodernisme

Wacana estetik posmodern mencerminkan bahwa tanda dan makna pada estetika posmodern bersifat tidak stabil, mendua, dan plural (polysemy).

Dalam wacana ini, lebih ditekankan pada permainan tanda, keterpesonaan pada permukaan dan diferensi, ketimbang makna-makna ideologis yang bersifat stabil dan abadi.

Bahasa estetik posmodern bersifat hiperriil dan ironik yang meliputi:

a. Pastiche adalah karya sastra, seni atau arsitektur yang disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari berbagai pengarang, seniman atau arsitek dari masa lalu.

b. Parodi adalah sebuah komposisi dalam karya sastra, seni atau arsitektur yang di dalamnya kecenderungan pemikiran dan ungkapan khas dalam diri seorang pengarang, seniman, arsitek, atau gaya tertentu diimitasi (imitasi yang ditandai oleh kecenderungan ironik) sedemikian rupa untuk membuatnya humoristik atau absurd.

c. Kitch, adalah elemen-elemen gaya dari seni tinggi atau objek sehari-hari untuk kepentingan sendiri, yang produksinya didasari pada semangat memassakan atau mendemitosasi seni tinggi.

d. Camp adalah satu bentuk dandysme (tanpa identitas seks), dan menyanjung tinggi kevulgaran.

Camp sering menekankan dekorasi, tekstur, permukaan sensual, dan gaya, dengan mengorbankan isi.

e. Skizophrenia diartikan sebagai putusnya rantai pertandaan, yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna.

Dalam konteksnya semua kata atau penanda, gambar, teks, atau objeknya dapat digunakan untuk menyatakan suatu konsep atau petanda (Piliang, 1995: 39-41).

Baca juga: Analisis Karya Seni Rupa Berdasarkan Jenis, Fungsi, Tema dan Tokoh Dalam Bentuk Lisan dan Tulisan

(MG Alya Hasna Khoirunnisa)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved