Kronologi Oknum Guru di Tasikmalaya Diduga Tampar Siswanya, Bermula dari Pertengkaran Murid

Kasus kekerasan di lingkungan sekolah kembali terjadi. Kali ini kasus itu terjadi di salah satu sekolah dasar (SD) di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
MChe Lee/Unsplash.com
Ilustrasi sekolah 

"Anak saya mengadu kepada saya sambil menangis saat pulang sekolah, katanya dia ‘dikepret’. Dari situ, kami mendatangi sekolah, dan memang oknum guru itu mengakui perbuatannya dengan alasan khilaf karena sedang sakit," jelas Lina.

Keesokan harinya, Lina bersama suaminya melaporkan kejadian tersebut ke Polres Tasikmalaya.

 "Awalnya kami tidak ingin sejauh ini, tapi karena tidak ada itikad baik dari pihak sekolah, akhirnya kami melapor ke polisi pada 30 Oktober, sehari setelah kejadian," ungkapnya.

Menurut Lina, oknum guru tersebut sempat berniat meminta maaf melalui pengacaranya, tetapi dilarang oleh kepala sekolah.

"Iya, dari pihak pengacara mereka sempat menghubungi pengacara kami, tapi entah atas dasar apa kepala sekolah melarang permintaan maaf tersebut. Seharusnya, tidak ada pelarangan seperti ini. Bahkan, sampai sekarang pihak sekolah belum pernah datang ke rumah kami," ujarnya.

Ia mengatakan anaknya sempat mau sekolah dan saat itu Lina meminta wali kelas agar anaknya tidak dipertemukan dengan oknum guru tersebut.

"Ternyata si anak dipertemukan dengan oknum guru bahkan ada videonya, saya juga tahu dari KPAID video itu disebar oleh kepsek," keluhnya.

Lina mengaku kecewa atas perlakuan sekolah yang mempertemukan anaknya dengan guru yang diduga menamparnya.

Menurut Lina, sang guru meminta maaf sambil menanyakan kabarnya dan peristiwa tersebut direkam melalui video oleh kepala sekolahnya.

 "Kejadian pertemuan itu tak ada konfirmasi ke kami dan ga ada izin, padahal jangan bahas problem kemarin. Bahkan Saya sempat tanya ke anak, takut ga ketemu (guru), dia bilang takut sampai gemetar," ucap Lina.

Lina juga menyebut bahwa permohonan maaf hanya disampaikan oleh wali kelas anaknya, sedangkan pihak sekolah dan oknum guru belum menunjukkan itikad baik untuk datang langsung.

 "Anak saya tidak butuh pengobatan dokter, ini mentalnya yang terganggu," kata Lina. Lina berharap agar kasus ini memberikan efek jera kepada pelaku. (*)

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved