Mubeng Kampus Jogja
Bagaimana Cara Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Lewat Sektor Pertanian? Ini Tips Pakar UGM
Pembangunan pertanian memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam menopang pertumbuhan ekonomi.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Presiden Prabowo Subianto menargetkan zero poverty atau tingkat kemiskinan nol persen pada 2045 serta pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen dalam lima tahun mendatang.
Target ini menjadi acuan utama dalam kebijakan ekonomi nasional yang membutuhkan strategi yang matang, terukur, dan inklusif.
Kondisi perekonomian Indonesia yang cukup baik saat ini, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2024 sebesar 5,05 persen dan inflasi yang terkendali di angka 2,12 persen year-on-year, membuat peluang untuk mencapai target tersebut tetap ada meskipun harus menghadapi sejumlah tantangan kedepannya.
Mengingat neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus dan telah berlangsung selama lebih dari empat tahun, Guru Besar Bidang Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Prof. Dr. Ir. Masyhuri, mengingatkan penting untuk mengeksplorasi sektor-sektor baru yang dapat mendukung diversifikasi ekspor Indonesia sekaligus mendorong peningkatan daya saing produk nasional di pasar global.
Hal ini akan terkait dengan peningkatan investasi dan bagaimana kebijakan ekonomi dapat memfasilitasi arus investasi yang lebih besar.
“Salah satu sektor yang bisa di-boost adalah pertanian, meskipun menurut data Kementerian Pertanian sepanjang 2019-2023 neraca perdagangan sektor tersebut selalu defisit,” ungkap Masyhuri diwawancara secara daring, Kamis (24/10/2024).
Masyhuri yang beberapa waktu lalu menghadiri undangan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi untuk mengikuti Focus Group Discussion (FGD) dalam membahas strategi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, membedah beberapa kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan secara optimis.
Ia menjelaskan, pembangunan pertanian memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam menopang pertumbuhan ekonomi melalui kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Bahkan, riset secara empiris telah menunjukkan bahwa pertumbuhan produktivitas di sektor pertanian dapat mengurangi kemiskinan.
“Jadi kita harus merekonstruksi strategi penanggulangannya, bukan hanya sekedar memberikan bantuan sosial saja,” tutur Masyhuri.
Mengingat sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak, diperlukan pengembangan sistem agribisnis yang terpadu.
Selain itu, sistem pendidikan dan pelatihan keterampilan dapat diubah untuk menyiapkan tenaga kerja yang relevan dengan tuntutan industri masa depan.
Pendidikan vokasi, profesi, dan training bersertifikasi perlu dilakukan juga di bidang pertanian tanpa mengabaikan pendidikan konvensional.
“Pemanfaatan IoT (internet of thing) di kurikulum sekolah pertanian bisa dimasukkan agar semakin banyak kaum muda yang mau terlibat di sektor ini,” ujarnya.
Jaringan Demokrasi Indonesia DIY dan UAD Berkolaborasi Pantau dan Awasi Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Mahasiswa FIPP UNY Dapat Penghargaan dari Polresta Sleman, Kontribusi sebagai JBI |
![]() |
---|
FTSP UII Ajak Mahasiswa Bikin Prototipe Jembatan Rangka |
![]() |
---|
UII dan APHK Gelar Diskusi Akademik Susun Hukum Perikatan |
![]() |
---|
Mahasiswa Berprestasi UWM Yogyakarta Dapat Beasiswa dari Bank BPD DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.