Mubeng Kampus Jogja
Kelompok Marginal Perlu Dapat Perhatian, Tingkatkan Partisipasi dan Rekognisi Sosial
Kelompok masyarakat marginal seringkali tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan hingga apalagi sampai ikut andil dalam pembangunan.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
“Berbeda dengan Jogja, justru kalau di Sulawesi Selatan kita melihat eksklusivitas yang menyangkut rekognisi sosial dalam ekonomi, yaitu warga pesisir dan nelayan,” jelas Wawan.
Masyarakat daerah Maros, Sulawesi Selatan khususnya, mayoritas nelayan yang direkognisi hanyalah nelayan laki-laki.
Padahal perempuan juga memiliki peran penting dalam ekonomi masyarakat pesisir.
“Kondisi ini menyulitkan mereka untuk mendapatkan Kartu Tanda Nelayan (KTN) guna mengakses bantuan-bantuan pemerintah,” paparnya.
Eksklusivitas juga terjadi dalam proses masyarakat itu sendiri.
Disampaikan oleh Dania, anggota tim peneliti bahwa pertemuan rutin masyarakat pesisir seringkali dilaksanakan malam hari, di mana sebagian besar nelayan melaut di waktu tersebut.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya eksklusivitas dan terbentuknya kelompok masyarakat terpinggirkan.
Akibatnya, pemerintah tidak bisa menyalurkan hak kelompok tersebut dan menyebabkan maldistribusi.
“Karena tidak ada distribusi, maka mereka juga tidak memiliki ruang dalam representatif atau misrepresentasi,” ujar Dania.
Eksklusivitas juga ditunjukkan dari sisi persepsi publik terhadap kebijakan yang berlaku. ( Tribunjogja.com. )
Jaringan Demokrasi Indonesia DIY dan UAD Berkolaborasi Pantau dan Awasi Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Mahasiswa FIPP UNY Dapat Penghargaan dari Polresta Sleman, Kontribusi sebagai JBI |
![]() |
---|
FTSP UII Ajak Mahasiswa Bikin Prototipe Jembatan Rangka |
![]() |
---|
UII dan APHK Gelar Diskusi Akademik Susun Hukum Perikatan |
![]() |
---|
Mahasiswa Berprestasi UWM Yogyakarta Dapat Beasiswa dari Bank BPD DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.