Pelantikan Prabowo dan Gibran

FULL Isi Pidato Pertama Presiden Prabowo Subianto setelah Dilantik Hari Ini Minggu 20 Oktober 2024

Berikut isi lengkap pidato pertama Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029.

|
YouTube Kompas TV
FULL Isi Pidato Pertama Presiden Prabowo Subianto setelah Dilantik Hari Ini Minggu 20 Oktober 2024 

TRIBUNJOGJA.COM - Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah resmi dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Minggu (20/10/2024).

Pelantikan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka digelar di Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Jakarta, Minggu, pukul 10:00 WIB. 

Pasangan Prabowo-Gibran ditetapkan sebagai pemenang Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu (24/4/2024). 

Pasangan nomor urut 2 tersebut memperoleh suara sebanyak 96.214.691 atau 58,59 persen dari total suara sah nasional, dan memenuhi sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di 38 provinsi.

Setelah pelantikan, Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdananya selaku Presiden RI.

Baca juga: Pidato Prabowo setelah Dilantik Jadi Presiden RI: Pemimpin Harus Kerja untuk Rakyat

Baca juga: SAH, Prabowo Subianto Jadi Presiden ke-8 RI 2024-2029

Berikut isi utama pidato Presiden Prabowo Subianto dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Ri 2024-2029 setelah mengucapkan salam dan menyapa semua tamu undangan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Pidato Pertama Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia (2024-2029)

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato setelah dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2024)
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato setelah dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2024) (YouTube Sekretariat Presiden)

"Saudara-saudara sekalian, beberapa saat yang lalu, di hadapan majelis yang terhormat ini, di hadapan seluruh rakyat Indonesia, dan yang terpenting di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa Allah Subhanahu wa ta'ala, saya Prabowo Subianto dan saudara Gibran Rakabuming Raka telah mengucapkan sumpah untuk mempertahankan undang-undang dasar kita, untuk menjalankan semua undang-undang dan peraturan yang berlaku, untuk berbakti pada negara dan bangsa. Sumpah tersebut akan kami jalankan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab dan dengan semua kekuatan yang ada pada jiwa dan raga kami.

Kami akan menjalankan kepemimpinan pemerintah Republik Indonesia, Kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia dengan tulus dengan mengutamakan kepentingan seluruh rakyat Indonesia termasuk mereka-mereka yang tidak memilih kami.

Kami akan mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia, kepentingan rakyat Indonesia di atas segala kepentingan, di atas segala golongan, apalagi kepentingan pribadi kami.

Saudara-saudara sekalian, tantangan rintangan hambatan dan ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di tengah dinamika dan pergolakan dunia tidak ringan. Saudara-saudara sekalian, kita paham kita mengerti, bahwa karunia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kita sungguh sangat besar dan sungguh sangat beragam. Kita memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang sangat besar, kita memiliki kekayaan alam yang sangat besar, kita mengerti bahwa sumber alam ini terdiri dari sumber-sumber alam yang sangat penting untuk kehidupan manusia di abad ke-21 dan seterusnya. 

Namun di tengah segala karunia tersebut, di tengah segala kelebihan yang kita miliki yang memang membuat kita harus menghadapi masa depan dengan optimis, tetapi kita pun harus berani untuk melihat hambatan tantangan rintangan ancaman dan kesulitan yang ada di hadapan kita.

Saya selalu mengajak saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman.

Saudara-saudara sekalian, sesungguhnya sejarah kita adalah sejarah dengan penuh kepahlawanan, penuh pengorbanan, penuh keberanian, tidak hanya pemimpin-pemimpin, tapi keberanian rakyat kita menghadapi segala tantangan bahkan invasi-invasi dari bangsa lain.

Saudara-saudara sekalian, kita paham dan kita mengerti bahwa kemerdekaan kita bukan hadiah, kemerdekaan kita, kita dapat dengan pengorbanan yang sangat besar. Saudara-saudara sekalian dan kita harus paham dan ingat selalu pengorbanan yang paling besar adalah pengorbanan dari rakyat kita, dari rakyat kita yang paling miskin, “wong cilik” yang berjuang yang memberi makan pada pejuang-pejuang.

Janganlah kita lupa waktu kita perang kemerdekaan kita tidak punya anggaran, kita tidak punya APBN, pasukan kita tidak digaji. Siapa yang memberi makan kepada kita? Yang beri makan adalah para petani di desa-desa, yang beri makanan adalah para nelayan, yang beri makan adalah para pekerja, terus-menerus mereka yang mendirikan Republik Indonesia.

Sekarang saya mengajak saudara-saudara, terutama unsur pimpinan dari semua kalangan, dari kalangan cendekiawan dari kalangan ulama dari kalangan pengusaha dari kalangan pemimpin politik dari kalangan pemuda dan mahasiswa, mari kita berani menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Saudara-saudara sekalian, tantangan yang besar yang kita hadapi ada yang berasal dari luar kita, tapi harus kita akui, harus kita berani mengakui, banyak tantangan banyak kesulitan banyak rintangan yang berasal dari diri kita sendiri. Ada tantangan-tantangan kesulitan-kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada, karena kadang-kadang kita tidak andal dan tidak piawai dalam mengurus kekayaan kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian, marilah kita berani mawas diri, marilah kita berani menatap wajah kita sendiri, dan kita berani memperbaiki diri kita sendiri, marilah kita berani mengoreksi diri kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran penyelewengan korupsi di negara kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan kita dan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita.

Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita, penyimpangan-penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik, pejabat pemerintah, di semua tingkatan, di semua tingkatan, dengan pengusaha-pengusaha yang nakal pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik.

Janganlah kita takut untuk melihat realita ini. Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah. 

Saudara-saudara sekalian, kita sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira terlalu cepat puas padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita diterima dikalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia, tapi apakah kita sungguh-sungguh paham, apa kita sungguh-sungguh melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita?

Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? 

Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi? 

Banyak rakyat kita yang tidak dapat pekerjaan yang baik. Banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus. Saudara-saudara sekalian kita harus berani melihat ini semua dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua.

Saudara-saudara sekalian, saya mengajak kita semua, marilah kita berani melihat kenyataan. Kita boleh bangga dengan prestasi kita tapi marilah kita jangan tertegun jangan terlalu cepat puas jangan terlalu cepat gembira dengan menutup mata dan hati kita terhadap tantangan-tantangan dan penderitaan saudara-saudara kita. 

Saudara-saudara sekalian, kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta yang kalau melihat sesuatu yang tidak enak ia memasukkan kepalanya ke dalam tanah. 

Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah. Marilah kita menghadapi kesulitan dengan berani. 

Saudara-saudara sekalian marilah kita berhimpun, marilah kita bersatu untuk mencari solusi-solusi, mencari jalan keluar dari ancaman dan bahaya tersebut.

Saudara-saudara sekalian, saya telah mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, kita tidak boleh tergantung sumber makanan dari luar.

Dalam krisis dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli, karena itu tidak ada jalan lain, dalam waktu yang  sesingkat-singkatnya kita harus mencapai ketahanan pangan.

Kita harus mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia. Saya sudah mempelajari bersama pakar-pakar yang membantu saya.

Saya yakin paling lambat 4 sampai 5 tahun kita akan swasembada pangan. Bahkan kita siap menjadi lumbung pangan dunia.

Saudara-saudara sekalian, kita juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang di mana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek. Negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri. Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan kita dapat sumber energi dari negara lain. Karena itu kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi.

Kita diberi karunia oleh Tuhan Maha Besar, tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung bangsa lain, tanaman-tanaman seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin. Kita juga punya tanaman-tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Kita juga punya energi bawah tanah geothermal yang cukup, kita punya batu bara yang sangat banyak, kita punya energi dari air yang sangat besar.

Saudara-saudara sekalian, pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi.

Kita juga harus mengelola air kita dengan baik. Alhamdulillah kita punya sumber air yang cukup dan kita sudah punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita.

Saudara-saudara sekalian, juga semua subsidi bantuan kepada rakyat kita yang masih dalam keadaan susah, harus kita yakin, subsidi-subsidi itu sampai kepada mereka yang membutuhkan. Kita harus berani meneliti dan kalau perlu kita rubah subsidi itu harus kepada langsung keluarga-keluarga yang membutuhkan itu.

Dengan teknologi digital kita akan mampu, sampai, subsidi itu, sampai ke setiap keluarga yang membutuhkan. Tidak boleh aliran-aliran bantuan itu tidak sampai ke mereka yang butuh itu. 

Saudara-saudara, anak-anak kita semua harus bisa makan bergizi minimal 1 kali sehari dan itu akan kita lakukan dan itu bisa kita lakukan, saudara-saudara sekalian.

Selain itu menjamin melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati, kemakmuran yang sebenarnya, kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki. Nilai tambah dari semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera. Seluruh komoditas kita harus bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Saya sudah katakan kita harus berani menghadapi dan memberantas korupsi dengan perbaikan sistem dengan penegakan hukum yang tegas, dengan digitalisasi, Insya Allah kita akan kurangi korupsi secara signifikan. Tapi ini harus kita lakukan, seluruh unsur pimpinan harus memberi contoh “ing ngarsa sung tulada”.

Saudara-saudara sekalian, ada pepatah yang mengatakan kalau ikan menjadi busuk, busuknya mulai dari kepala. Semua pejabat dari semua eselon dan semua tingkatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang sebersih-bersihnya. Mulai dengan contoh dari atas dan sesudah itu penegakan hukum yang tegas dan keras. 

Saudara-saudara sekalian, semua kita percaya dan kita yakin, kita akan punya kekuatan untuk bisa menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Ini sasaran yang berat, bahkan banyak yang mengatakan bahwa ini sesuatu yang tidak mungkin.

Saudara-saudara, pemimpin yang berani pemimpin yang baik akan terpanggil untuk menghadapi yang tidak mungkin dan mencari jalan agar yang tidak mungkin kita atasi. Bangsa yang berani adalah bangsa yang bisa bikin yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Saudara-saudara, di tengah itu cita-cita yang begitu besar, yang begitu kita idam-idamkan, kita perlu suasana kebersamaan. Kita perlu suasana persatuan. Kita perlu kolaborasi kerjasama, bukan cekcok yang berkepanjangan. Kita perlu pemimpin-pemimpin yang tidak caci maki, pemimpin-pemimpin yang arif yang bijaksana yang mengerti dan cinta budaya dan sejarah bangsa sendiri, yang bangga dengan adab tradisi dan adat bangsa kita sendiri.

Kita dari sejak dahulu, pemikiran kehendak dan rancang bangun pendiri-pendiri bangsa kita dari sejak awal bangsa ini berdiri kita ingin menjadi bangsa yang berdemokrasi. Kita menempatkan kedaulatan rakyat setinggi-tingginya. Dalam dasar negara kita Pancasila, kerakyatan merupakan sendi utama dari kelima sila yang kita junjung tinggi. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, kita menghendaki kehidupan demokrasi tapi marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, demokrasi yang cocok untuk bangsa, demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi di mana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan, demokrasi di mana mengoreksi harus tanpa caci maki, bertarung tanpa membenci, bertanding tanpa berbuat curang. Demokrasi kita harus demokrasi yang menghindari kekerasan, yang menghindari adu domba, yang menghindari hasut-menghasut, demokrasi kita harus demokrasi yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan.

Hanya dengan persatuan dan kerjasama kita akan mencapai cita-cita para leluhur bangsa kita, bangsa yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, bangsa di mana rakyat cukup pangan cukup sandang cukup papan. Kita, cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu, wong cilik bisa senyum, bisa ketawa. 

Saudara-saudara sekalian, kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat. Kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat, kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. 

Kita harus selalu ingat setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat pekerjaan kita harus untuk rakyat.

Bukan, bukan, bukan kita bekerja untuk diri kita sendiri. 

Bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin-pemimpin kita. 

Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat, 

Saudara-saudara sekalian kita harus mengerti selalu sadar selalu bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa di mana rakyatnya merdeka. Rakyat harus bebas dari ketakutan, bebas dari kemiskinan, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari penindasan, bebas dari penderitaan.

Saudara-saudara sekalian, masih ada saudara-saudara kita, usianya di atas 70 tahun, masih menarik becak. Ini bukan ciri-ciri bangasa yang merdeka.

Hanya kalau kita bisa wujudkan itu, kalau kita bisa wujudkan keadaan di mana rakyat kita sungguh-sungguh merasa dan menikmati kemerdekaan, baru boleh kita sungguh-sungguh puas dan bangga dengan prestasi Indonesia merdeka.

Sebelum itu, marilah kita kerja keras marilah kita berjuang tanpa menyerah mari kita menghimpun dan menjaga semua kekayaan kita. Jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain. 

Saudara-saudara sekalian, semua kekayaan kita harus sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat kita.

Saudara-saudara, dalam sejarah politik, hal ini mudah diucapkan, tidak mudah untuk kita capai. 

Tapi kita bisa capai kalau kita bersatu dan bekerja sama.

Marilah kita bangun masa depan bersama, marilah kita menganggap rekan-rekan kita walaupun berbeda suku berbeda agama berbeda partai berbagai golongan, kita adalah sama-sama anak Indonesia. Bertanding semangat, sesudah bertanding, mari kita berhimpun kembali.

Presiden Joko Widodo mengalahkan saya.

Berapa kali, ya? Saya lupa itu.

Tapi begitu beliau menang. Beliau menang, ya. Beliau mengajak saya bersatu, dan saya menerima ajakan itu. 

Sekarang, saya yang menang. Dan saya mengajak semua pihak, ayo bersatu.

Saudara-saudara sekalian, dalam menghadapi dunia internasiona, Indonesia memilih jalan bebas aktif, non blok, non-aligned, kita tidak mau ikut pakta-pakta militer mana pun. Kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara. Sudah berkali-kali saya canangkan, Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik. 

We want to be the good neighbor.

Kita ingin menganut filosofi kuno, 1000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak.

Saudara-saudara sekalian, dengan demikian kita ingin menjadi sahabat semua negara. Tapi, kita punya prinsip. Prinsip kita adalah prinsip anti penjajahan. Karena kita pernah mengalami penjajahan, kita anti penindasan. Karena kita pernah ditindas, kita anti rasialisme. Kita anti apartheid. Karena kita pernah mengalami apartheid. 

Waktu kita dijajah, kita, bahkan kita digolongkan lebih rendah dari anjing. Banyak prasasti-prasasti dan marmer, banyak papan-papan di mana disebut "Honden en Inlander Verboden" saya masih lihat, saya masih lihat prasasti, di kolam renang manggarai tahun 78, "Honden en Inlander Verboden"

Saudara-saudara, karena itu kita punya prinsip, kita harus solider, kita harus membela rakyat-rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu, kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina.

Pemerintah, pemerintah Presiden Joko Widodo sudah mengirim banyak bantuan, hari ini kita punya tim medis yang bekerja di Gaza, di Rafah, dengan risiko yang sangat tinggi, dokter-dokter kita, perawat-perawat kita, sudah bekerja sama di Rafah, di Gaza, bersama saudara-saudara kita dari Uni Emirat Arab. Dan kita pun siap untuk mengirim bantuan yang lebih banyak, dan kita siap untuk evakuasi mereka yang luka, dan anak-anak yang trauma, dan korban. Kita siapkan rumah sakit tentara kita dan nanti rumah sakit-rumah sakit lain untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil.

Saudara-saudara, kita menjadi bangsa yang harus berterima kasih kepada generasi pembebas, kepada Bung Karno, Bung Hatta, pahlawan-pahlawan yang lain, I Gusti Ngurah Rai, Kapitan Pattimura, Sultan Hasanuddin, Tengku Umar, Cut Nyak Dhien, semua pahlawan yang tidak bisa kita sebut satu per satu tapi mereka yang membayar saham kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka.

Kita bersyukur kepada presiden dan proklamator pertama, Bung Karno, yang telah memberi kepada kita ideologi negara Pancasila, yang keluar masuk penjara dibuang di mana-mana, dari sejak muda, karena memperjuangkan Indonesia merdeka, Indonesia tidak mau menjadi darah bagi bangsa-bangsa lain.

Soekarno-Hatta, Syahrir, semua pendiri-pendiri bangsa ini, berkorban dan telah memimpin kita dengan baik.

Kita juga bersyukur dengan Presiden Soeharto, yang banyak jasanya dalam menyelamatkan dan mengamankan ideologi pancasila itu sendiri, yang telah meletakkan dasar bagi Indonesia yang modern.

Kita berterima kasih kepada Presiden Habibie, yang telah membuat dasar untuk kita meraih dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kita berterima kasih kepada Presiden Abdurrahman Wahid, yang telah memberi contoh toleransi antar agama, antar suku, yang menjunjung tinggi, inklusif, Indonesia yang inklusif dan toleran.

Kita berterima kasih kepada Presiden Megawati, yang, yang menyelesaikan masalah-masalah ekonomi akibat crash tahun 98. Harus diakui, di bawah pemerintah Megawati, masalah perusahaan-perusahaan yang banyak hancur, dapat diperbaiki dan diselamatkan.

Kita harus berterima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin Indonesia di saat krisis yang sangat berat, menghadapi tsunami, menyelesaikan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, menyelesaikan pertikaian di Aceh yang sudah berjalan begitu lama. Ini prestasi yang harus kita akui.

Saudara-saudara sekalian, mereka semua dengan cara masing-masing memiliki sumbang sih terhadap apa yang sekarang kita nikmati, negara kesatuan yang utuh, yang berdaulat, yang merdeka, yang terus menjaga dan berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan.

Saudara-saudara sekalian, sekarang kita ucapkan terima kasih juga kepada Presiden Republik Indonesia yang ketujuh. 

Presiden Joko Widodo, dengan wakil presiden Profesor Ma’ruf Amin, terima kasih atas kepemimpinan bapak, terima kasih atas kenegarawanan bapak.

Bapak telah menahkodai bangsa ini melalui krisis-krisis yang sungguh sangat berat. 

Jangan kita merasakan hari ini, ingat waktu Covid, kita bahkan keluar dari rumah kita takut. Saya saksi, saya menterinya beliau, semua pihak dalam dan luar negeri, telepon terus, menekan beliau terus, minta lockdown, lockdown, lockdown, beliau menolak.

Kalau kita lockdown, bagaimana wong cilik, bagaimana warung tegal, bagaimana ojol, bagaimana rakyat-rakyat yang makannya dari upah harian. Jangan kita lupa prestasi pemimpin-pemimpin kita. Terima kasih Pak Jokowi, terima kasih Profesor Ma’ruf Amin, Anda telah berjasa, Anda akan dikenang, sebagai putra Indonesia yang termasuk terbaik.

Saudara-saudara sekalian, akhir kata saya mohon doa restu saudara-saudara, mari kita bangun Indonesia di atas landasan yang sudah dirintis oleh pendahulu kita. Mari kita belajar semua kekurangan kita akui dan kita perbaiki. Hentikan dendam, hilangkan kebencian, bangun kerukunan, bangun gotong-royong, itu kepribadian Indonesia, itu ajaran Bung Karno sendiri.

Saudara-saudara sekalian. 

Kami siap melanjutkan estafet kepemimpinan.

Kita siap bekerja keras menuju Indonesia Emas, menjadi bangsa yang kuat, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.

Kita tidak mau mengganggu siapa pun, kita tidak mau mengganggu bangsa lain, tapi kita juga tidak akan mengizinkan bangsa mana pun untuk mengganggu kita.

Semoga Tuhan Yang Maha Besar, Allah Subhanahu wa ta'ala, yang memiliki sekalian alam, semoga melindungi kita semua, semoga menyertai kita semua dalam perjalanan kita, dalam pengabdian kita kepada bangsa negara kita. 

Kita juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa, agar tamu-tamu agung kita, mereka-mereka yang datang dari jauh, akan kembali ke rumah mereka masing-masing dalam keadaan aman dan dalam keadaan terus bersahabat dengan kita, saudara-saudara sekalian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita sekalian. Shalom. Om Santi Santi Santi Om. Namo Buddhaya. Rahayu, rahayu. Merdeka! Merdeka! Merdeka! Yang tidak teriak merdeka, tidak patriotik."

Baca juga: Megawati, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD Tak Hadir di Pelantikan Prabowo Sebagai Presiden RI

Baca juga: Trah Sri Sultan HB II Minta Prabowo Perjuangkan Pemulangan Aset Jarahan Geger Sepehi

Demikian isi pidato pertama Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia. (Tribunjogja.com/ANR)*

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved