KISAH Marsinem Warga Kulon Progo Menunggu Air Bersih di Sumur yang Nyaris Mengering

Marsinem (65), warga Padukuhan Sangon I, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap. Saat ini ia hanya bisa mengandalkan air dari sumur

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
Marsinem, warga Padukuhan Sangon I, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo saat mengambil air dari sumur yang mengering pada Kamis (17/10/2024) 

Sebagian warga Kulon Progo saat ini masih merasakan sulitnya mendapatkan air bersih di musim kemarau. Mereka sampai harus mencari sumber air yang masih tersedia, bahkan sampai harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkannya.

Marsinem, warga Padukuhan Sangon I, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo saat mengambil air dari sumur yang mengering pada Kamis (17/10/2024)
Marsinem, warga Padukuhan Sangon I, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo saat mengambil air dari sumur yang mengering pada Kamis (17/10/2024) (TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando)

SEPERTI yang terjadi pada Marsinem (65), warga Padukuhan Sangon I, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap. Saat ini ia hanya bisa mengandalkan air dari sumur yang kondisinya nyaris mengering.

"Setiap hari saya bolak-balik untuk bisa mendapatkan air bersih untuk kebutuhan di rumah," katanya ditemui pada Kamis (17/10/2024) kemarin.

Adapun Marsinem tinggal di wilayah Perbukitan Menoreh, yang memang terkenal sulit air saat musim kemarau. 

Beruntung, tak jauh dari rumahnya terdapat sebuah sumur yang airnya tetap tersedia.

Meski begitu, di musim kemarau seperti ini airnya akan menyusut signifikan. 

Ia bersama warga lainnya pun harus menunggu air di sumur terisi dahulu, baru bisa mengambilnya.

"Warga biasanya sudah mengantre di sini sejak pukul 04.00 WIB pagi, sambil membawa galon untuk menampung air," ungkap Marsinem.

Lantaran rumahnya tak jauh dari sumur, perempuan lanjut usia (lansia) tersebut bisa bolak-balik dua kali sehari, yaitu pagi dan jelang sore hari. Seperti saat ditemui Tribun Jogja kemarin, ia datang berjalan kaki sambil membawa satu galon dan satu ember kosong.

Setibanya di lokasi, Marsinem akan menimba air yang menggenang di dasar sumur sedalam kurang lebih 3 meter. Airnya memang tak seberapa, namun bisa mengisi galon dan airnya sampai penuh.

Setelah menimba air, ia akan kembali ke rumah berjalan kaki sambil menggendong galon tersebut dalam ikatan kain di punggungnya. Sementara ember berisi air dibawanya dengan tangan.

Sementara itu, di sekeliling sumur juga banyak galon-galon berisi air milik warga. Galon-galon tersebut ditulisi nama, menandakan warga kerap menggunakannya untuk mengambil air.

Marsinem mengaku bisa membawa 3 galon air dalam sekali ambil. Itupun tidak pasti karena airnya tidak selalu tersedia, ditambah warga juga berebut untuk bisa mendapatkan air.

"Harus sabar karena yang antre banyak, dan semuanya juga butuh air," ujarnya.

Sumur alami tersebut tak hanya jadi incaran warga Sangon I, tapi juga warga di daerah lain. Sebenarnya, ada sumber air lain namun cukup jauh di atas bukit, sehingga warga memilih sumur yang lebih mudah dijangkau.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved