Kisah Inspiratif
Kisah Anak Kembar yang Kini Diabadikan Jadi Nama Jalan Gito-Gati di Sleman
asal usul nama jalan gito gati sleman. Gito-Gati adalah singkatan dari nama orang Sugito dan Sugati.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
JIKA anda warga Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya wilayah Sleman, pasti tak asing dengan Jalan Gito-Gati. Jalan Gito-Gati merupakan sebuah ruas jalan di daerah Sariharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman. Ruas Jalan Gito-Gati yang menghubungkan Jalan Palagan dengan Jalan Magelang, dimulai dari simpang empat Wonorejo (Kamdanen) hingga ke simpang empat Gondanglegi.

TAHUKAN anda asal usul dinamakan Jalan Gito-Gati dan kenapa dinamakan Jalan Gito-Gati?
Ada cerita di balik penamaan jalan tersebut.
Gito-Gati adalah singkatan dari nama orang Sugito dan Sugati.
Sugito dan Sugati adalah seniman kelahiran Dusun Pajangan, Desa Pandowoharjo, Sleman, 30 Desember 1936.
Keduanya merupakan anak kembar dari dalang ternama Ki Cermo Taruna dan ibu bernama Juwok.
Selain memiliki darah seni diturunkan dari sang ayah, sejak kecil Sugito dan Sugati kerap mengasah bakat masing-masing dalam berkesenian.
Keduanya terbiasa berlatih bermain wayang dan ikut dengan sang ayah ketika menghadiri undangan pentas.
Karena alasan itu juga, mereka tidak tamat sekolah rakyat.
Meski begitu, bakat Sugito dan Sugati semakin terlihat dan pada usia 16 tahun mereka sudah bisa mementaskan wayang dengan baik.
Mereka juga bergantian mengambil peran dalam sebuah pementasan.
Seperti ketika Sugito mendalang maka Sugati akan mengendang, begitupun sebaliknya.
Seiring dengan pengalaman yang didapat, terlihat perbedaan karakter di antara keduanya.
Meski kembar, Sugito memiliki karakter santai dan humoris sementara Sugati cenderung lebih serius dalam berperan.
Namun ketika di atas panggung, sebagai saudara kembar mereka tetap bisa saling memahami satu sama lain.
Secara karaker Gito terkesan lebih santai, nakal dan suka membanyol, bahkan saat menjadi tentara rakyat atau oril pun kenakalan beliau sudah kelihatan.
Pada waktu pemberian gaji, satu persatu tentara dipanggil untuk mengambil jatah.
Saat nama Gati, saudara kembarnya disebut, Gito maju untuk mengambilnya, padahal sebelumnya Gito sudah dipanggil dan gajinya sudah diambil.
Berkat kemiripan wajah saudara kembar ini, petugas tidak mengetahui aksi nakal Gito.
Bahkan, saat sakit dan beberapa hari menjelang Gito wafat, beliau masih bisa membuat orang lain tertawa.
Beliau berpesan pada Gati untuk tidak memasang batu nisan di atas pemakamannya.
Ditanya oleh Gati kenapa, jawabnya, “kijing kae rak abot to, nak ambleg nibani sirahku rak yo loro.” (Batu nisan itu kan berat, kalau kepalaku kejatuhan kan sakit).
Duet keduanya kemudian semakin populer hingga akhirnya dikenal dengan nama Gito Gati.
Dalam berkesenian, awalnya Sugito dan Sugati menekuni seni pedalangan, karawitan, dan ketoprak.
Namun belakangan, nama Gito Gati lebih dikenal dalam pementasan Ketoprak Mataram bersama beberapa seniman lokal lainnya.
Pada masa itu, pementasan ketoprak yang dilakukan Gito Gati pasti akan menyedot perhatian masyarakat karena kerap memancing tawa.
Gito dan Gati kemudian mendirikan Paguyuban Seni Bagian Yogya Utara yang disingkat PS Bayu yang menjadi wadah untuk berkesenian.
Pada perkembangannya, tidak hanya seniman dari Sleman saja yang turut serta, namun ada juga seniman dari Yogyakarta yang ikut tampil melalui PS Bayu.
Seiring berjalannya waktu, PS Bayu berhasil mengembangkan kesenian ketoprak, wayang orang, serta wayang kulit di tengah kehidupan masyarakat setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Pada tahun 1978, PS Bayu dengan ketopraknya sering pentas di TVRI dan salah satu lakonnya yaitu Lakone Jambul Ombak Segara Kidul (Jambul Krama Yuda) pun meledak dan laris manis.
Dari desa kecil itu, PS Bayu kemudian dikenal hingga ke seluruh wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Nama Gito Gati juga semakin dikenal masyarakat luas sebagai pelawak dan seniman ketoprak dengan berbagai lakon.
Hingga akhir hayatnya, Sugito dan Sugati mengabdikan dirinya dalam bidang kesenian.
Jejak tersebut kemudian juga diikuti oleh anak-anaknya.
Sebagai bentuk penghargaan, nama kedua seniman ini kemudian diabadikan sebagai nama jalan di Sleman.
Dikutip dari laman Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, peresmian nama Jalan Gito-Gati dilakukan tepat di Hari Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Sleman ke-95 pada tanggal 15 Mei 2011.
Peresmian Jalan Gito-Gati dilakukan oleh Bupati Sleman Sri Purnomo yang menjabat kala itu. (kompas/perpusarsip)
Baca Buku Bonus Sayur, Cara Karang Taruna Margoyoso Magelang Kerek Minat Baca |
![]() |
---|
Cerita Anak Bintara Brimob Polda DIY Raih Adhi Makayasa AAU 2025 |
![]() |
---|
Cerita Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMP 2025, Kampanye Soal Ini |
![]() |
---|
Dari Enceng Gondok Jadi Peluang Kerja: Cerita Aiptu Sukirja Rintis Usaha Kerajinan |
![]() |
---|
Kisah Percetakan di Kulon Progo Cetak hingga 10 Juta Amplop Saat Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.