Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Melalui Selawat Montro dan Jejak Kyai Kategan, Pramuka Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Lokal
Program ini menyoroti sosok Kyai Kategan dan tradisi sholawat Montro, dua elemen penting dalam sejarah dan budaya masyarakat sekitar.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM- Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2024 kembali menyuguhkan program-program menarik yang mengangkat kekayaan budaya lokal.
Salah satunya adalah program jelajah budaya bertajuk "Pramuka Milang Carito, Tahta Untuk Rakyat" yang digelar di kawasan Bawuran, Jumat (11/10).
Program ini menyoroti sosok Kyai Kategan dan tradisi sholawat Montro, dua elemen penting dalam sejarah dan budaya masyarakat sekitar.
Melalui pertunjukan seni yang melibatkan anggota Gerakan Pramuka Kwartir DIY, seniman, serta masyarakat setempat, FKY 2024 berupaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kedua elemen tersebut.
Dengan mengambil latar belakang situs-situs bersejarah di Kerta Pleret, program ini tidak hanya sekadar pertunjukan biasa.
Para peserta diajak untuk berinteraksi langsung dengan sejarah, mempelajari makna di balik setiap gerakan dan syair, serta merasakan atmosfer spiritual yang kental.
Pendekatan kreatif ini diharapkan dapat memikat generasi muda, khususnya para anggota Pramuka, untuk lebih peduli terhadap warisan budaya bangsa.
Selain itu, kolaborasi antara Pramuka, seniman, dan masyarakat juga memperkuat semangat gotong royong dan inklusivitas.
Koordinator program, Mathori Brilyan, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya untuk menggabungkan tradisi jelajah alam Pramuka dengan eksplorasi sejarah.
"Kerto Pleret ini sangat penting karena merupakan salah satu poros atau cikal bakal berdirinya Keraton Ngayogyakarta," ujar Mathori, Jumat (11/10/2024).
Sebagai bekas ibu kota kerajaan Mataram Islam abad XVII di era pemerintahan Sultan Agung, Kerto Pleret menyimpan banyak cerita sejarah yang menarik.
Dengan mengikuti program ini, diharapkan para peserta dapat lebih memahami akar sejarah budaya Yogyakarta dan menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air.
Melalui kegiatan jelajah, para Pramuka tidak hanya diajak untuk mengunjungi situs-situs bersejarah di Kerto Pleret, tetapi juga diberikan pemahaman mendalam mengenai arti penting setiap situs tersebut dalam konteks sejarah.
Harapannya, pengetahuan yang diperoleh dapat menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi generasi penerus yang peduli terhadap pelestarian budaya bangsa.
Di samping itu, tahun ini FKY bertema benda yakni umpak buka.
Tema tersebut terinspirasi dari temuan di situs plered yang berupa umpak atau pondasi keraton Kerta jaman dahulu.
"Umpak itu komponen membangun sebuah rumah, kami memaknainya juga sebagai landasan paugeran dan tata nilai masyarakat atau sebuah negara berdiri," tuturnya.
Siswa-siswi pramuka di wilayah DIY diajak untuk mendengarkan kajian tentang Kyai Kategan dan fondasi Mataram Islam yang diisi oleh Yasser Arafat.
Setelah itu, mereka diajak untuk berziarah di Makam Kyai Kategan yang terletak di kompleks Masjid Taqarrub, Kanggotan, Pleret.
"Kyai Ahmad Kategan adalah dewan wali atau penasihat spiritual Sultan Agung Hanyakrakusuma," jelasnya.
Menurutnya, dengan jelajah sejarah melalui pendekatan pertunjukan, ia bisa menghidupkan situs bersejarah.
Artinya situs sejarah memiliki latar belakang kisah ataupun narasi panjang yang hidup.
"Itu kami olah dan kami sampaikan melalui performance lecture dan selawat Montro asli dari pleret," bebenya.
Sholawat Montro sudah lahir sejak lama, pada tahun 1970an, selawat tersebut populer di wilayah Pleret, Bantul.
Sebagai upaya regenerasi, Selawat Montro mengembangkan bentuk sajiannya, berupa tarian kreasi yang diharapkan menjadi media edukasi dan hiburan kepada generasi remaja dan masyarakat luas.
"Akan diceritakan situs-situs sejarah di wilayah Kerto dan Pleret, termasuk pengetahuan corak nisan makam pada era Hanyakrakusuma," tegasnya.
Program tersebut mengalihwahanakan jelajah alam Pramuka, menjadi dramaturgi jelajah budaya.
Situs-situs sejarah diantaranya di lakukan di Kedhaton, Kauman, Kerto, Kanggotan, dan Gunung Kelir.
Perancang program, Irfanuddien Ghozali, mengungkapkan bahwa melalui kegiatan ini, diharapkan dapat terjalin kolaborasi yang erat antara Pramuka dengan masyarakat sekitar situs sejarah.
"Kami ingin mengemas kegiatan jelajah alam dengan pendekatan yang lebih kreatif dan menarik, sehingga dapat menggugah minat generasi muda terhadap sejarah dan budaya," ujar Irfanuddien.
"Selain itu, kami juga ingin menanamkan nilai-nilai 'Tahta Untuk Rakyat' melalui kegiatan seni pertunjukan yang melibatkan masyarakat."
Dengan menggabungkan unsur sejarah, seni, dan interaksi sosial, diharapkan program ini dapat memberikan pengalaman yang berkesan bagi para peserta.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat memperkuat rasa memiliki dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya leluhur. ( Tribunjogja.com )
Dispar DIY Luncurkan Calender of Event, Sport Tourism Terus Dieksplor |
![]() |
---|
Film 1 Kakak 7 Ponakan, Drama Keluarga yang Hangat di Penutupan JAFF 2024 |
![]() |
---|
Festival Angkringan Yogyakarta 2024: Angkat Kuliner Ikonik dengan Sentuhan Modern |
![]() |
---|
Formulasi Kenaikan UMP Mestinya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah |
![]() |
---|
Pemda DIY Ikuti Penjurian Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.