Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Melalui Selawat Montro dan Jejak Kyai Kategan, Pramuka Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Lokal

Program ini menyoroti sosok Kyai Kategan dan tradisi sholawat Montro, dua elemen penting dalam sejarah dan budaya masyarakat sekitar.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Hanif Suryo
Program jelajah budaya bertajuk "Pramuka Milang Carito, Tahta Untuk Rakyat" yang digelar di kawasan Bawuran, Jumat (11/10). 

Tema tersebut terinspirasi dari temuan di situs plered yang berupa umpak atau pondasi keraton Kerta jaman dahulu.

"Umpak itu komponen membangun sebuah rumah, kami memaknainya juga sebagai landasan paugeran dan tata nilai masyarakat atau sebuah negara berdiri," tuturnya.

Siswa-siswi pramuka di wilayah DIY diajak untuk mendengarkan kajian tentang Kyai Kategan dan fondasi Mataram Islam yang diisi oleh Yasser Arafat.

Setelah itu, mereka diajak untuk berziarah di Makam Kyai Kategan yang terletak di kompleks Masjid Taqarrub, Kanggotan, Pleret.

"Kyai Ahmad Kategan adalah dewan wali atau penasihat spiritual Sultan Agung Hanyakrakusuma," jelasnya.

Menurutnya, dengan jelajah sejarah melalui pendekatan pertunjukan, ia bisa menghidupkan situs bersejarah.

Artinya situs sejarah memiliki latar belakang kisah ataupun narasi panjang yang hidup.

"Itu kami olah dan kami sampaikan melalui performance lecture dan selawat Montro asli dari pleret," bebenya.

Sholawat Montro sudah lahir sejak lama, pada tahun 1970an, selawat tersebut populer di wilayah Pleret, Bantul.

Sebagai upaya regenerasi, Selawat Montro mengembangkan bentuk sajiannya, berupa tarian kreasi yang diharapkan menjadi media edukasi dan hiburan kepada generasi remaja dan masyarakat luas.

"Akan diceritakan situs-situs sejarah di wilayah Kerto dan Pleret, termasuk pengetahuan corak nisan makam pada era Hanyakrakusuma," tegasnya.

Program tersebut mengalihwahanakan jelajah alam Pramuka, menjadi dramaturgi jelajah budaya.

Situs-situs sejarah diantaranya di lakukan di Kedhaton, Kauman, Kerto, Kanggotan, dan Gunung Kelir.

Perancang program, Irfanuddien Ghozali, mengungkapkan bahwa melalui kegiatan ini, diharapkan dapat terjalin kolaborasi yang erat antara Pramuka dengan masyarakat sekitar situs sejarah.

"Kami ingin mengemas kegiatan jelajah alam dengan pendekatan yang lebih kreatif dan menarik, sehingga dapat menggugah minat generasi muda terhadap sejarah dan budaya," ujar Irfanuddien.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved