BPS Catat Deflasi Berulang di DIY, Sekda Ungkap Tantangan Kebijakan
Sekda DIY, Beny Suharsono, mengungkapkan kekhawatirannya terkait deflasi yang terus terjadi di wilayahnya.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - Sekda DIY, Beny Suharsono, mengungkapkan kekhawatirannya terkait deflasi yang terus terjadi di wilayahnya.
Beny menjelaskan bahwa fenomena ini, meskipun terlihat positif dalam upaya menekan inflasi, namun memiliki dampak negatif yang signifikan, tak terkecuali bagi sektor pertanian.
"Kita seringkali dihadapkan pada dilema. Di satu sisi, kita berupaya keras untuk menahan laju inflasi, namun di sisi lain, kita juga harus memperhatikan dampak dari deflasi yang terlalu dalam," ujar Beny, Jumat (4/10/2024).
"Deflasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan nilai tukar hasil tani, sehingga margin keuntungan petani menjadi semakin tipis," tambahnya.
Beny menekankan bahwa menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan stabilitas harga komoditas merupakan tantangan besar bagi pemerintah.
"Kita dorong harga komoditas pangan meningkat, berarti harus ada upaya pemerintah menjaga supaya tidak inflasi dan deflasi itu tugasnya pemerintah untuk menjaga keseimbangan," ujarnya.
"Pada sisi lain kita senang terjadi penurunan untuk menahan inflasi. Tapi kalau itu terjadi terus menerus berarti ada sesuatu yang tidak sesuai harapan kita," lanjutnya.
"Kita sering berharap inflasi tidak naik terus, deflasinya bisa tertahan tidak mengalami penggerusan. Kalau seperti itu kan sama sulitnya. Sehingga saling mengisi dua-duanya," tambahnya.
Lebih lanjut, Beny ini juga menyoroti masalah disparitas harga yang sering terjadi pada komoditas pertanian.
"Seringkali, petani tidak mendapatkan keuntungan yang sepadan dengan hasil jerih payahnya. Sementara itu, pihak lain justru mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ini merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif," jelasnya.
Baca juga: Deflasi Beruntun hingga PHK Massal, Adakah Harapan untuk Indonesia? Begini Kata Pakar Ekonomi
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) DIY kembali mencatat deflasi pada bulan September 2024.
Ini merupakan kali kelima sepanjang tahun ini DIY mengalami deflasi, dengan penurunan harga sebesar 0,10 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Meskipun demikian, secara tahunan (yoy) inflasi masih tercatat sebesar 1,85 persen.
Salah satu faktor utama penyebab deflasi adalah penurunan harga komoditas pangan, terutama cabai rawit.
Komoditas pedas ini memberikan kontribusi terbesar terhadap deflasi, mencapai 0,09 persen.
Selain cabai rawit, penurunan harga cabai merah, bensin, cabai hijau, dan daging ayam ras juga turut menekan inflasi.
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga.
Kopi bubuk menjadi komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi, diikuti oleh emas perhiasan, sawi hijau, sigaret kretek mesin, dan beras.
Deflasi yang terjadi secara berulang ini tentunya memberikan dampak yang berbeda-beda bagi masyarakat.
Bagi konsumen, deflasi berarti mereka dapat membeli barang dengan harga yang lebih murah.
Namun, bagi produsen, terutama petani, penurunan harga komoditas dapat mengurangi pendapatan mereka. (HAN)
3 Kabupaten Penghasil Buah Belimbing Terbanyak di DIY, Sleman Peringkat 2 |
![]() |
---|
Kulon Progo Peringkat 1 Kabupaten Penghasil Buah Nanas Terbanyak di DIY |
![]() |
---|
3 Kabupaten Penghasil Pepaya Terbanyak di DIY, Ranking 1 Kulon Progo |
![]() |
---|
Ekonomi DIY Pada Triwulan II 2025 Tumbuh 5,49 Persen |
![]() |
---|
10 Provinsi Penghasil Sukun Terbanyak di Indonesia, Yogyakarta Peringkat 6 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.