Penurunan Daya Beli Masyarakat

Dampak Deflasi Berkepanjangan Mulai Dirasakan Pengusaha Perhotelan dan Kuliner di Yogyakarta

Sejumlah sektor usaha di Yogyakarta mulai merasakan dampak akibat penurunan daya beli atau deflasi yang berkepanjangan melanda tanah air.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Net
Deflasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah sektor usaha di Yogyakarta mulai merasakan dampak akibat penurunan daya beli atau deflasi yang berkepanjangan melanda tanah air.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada September 2024, Indeks Harga Konsumen (IKH) kembali mengalami penurunan alias terjadi deflasi

Kondisi ini sudah berlangsung sejak Mei 2024.

Data BPS menyebut pada September 2024, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024. 

Sementara itu secara year on year, terjadi inflasi sebesar  1,84 persen dan secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 0,74 persen.

Kondisi daya beli masyarakat yang menurun ini turut dirasakan pengusaha jasa perhotelan di Yogyakarta.

Meski berlibur dan menginap di hotel cenderung termasuk kebutuhan tersier untuk masyarakat, namun nyatanya penyedia jasa perhotelan turut merasakan deflasi yang berkepanjangan ini.

Ketua PHRI DIY Dedy Deddy Pranowo Eryono, mengatakan penyedia jasa perhotelan turut merasakan daya beli masyarakat mulai menurun.

Pada September 2024 lalu okupansi hotel di DIY hanya 40 sampai 45 persen, sementara pada Januari 2024 silam tingkat okupansi mencapai 80 persen.

"Oktober kemarin turun lagi jadi 30 persen, kami khawatir tapi PHRI harus tetap optimis," ungkapnya, Selasa (1/10/2024).

Menurut Deddy, dampak penunuruna daya beli masyarakat ini cukup terasa bagi pengusaha sektor jasa perhotelan.

"Apalagi jika dibandingkan Januari kemarin, memang September ke Oktober tidak seberapa," jelasnya.

Ia optimis deflasi berkepanjangan ini akan dapat dilalui, sebab PHRI memiliki cara tersendiri agar tetap bertahan ditengah kondisi ekonomi yang sedikit terguncang untuk saat ini.

Mereka berpedoman dari pengalaman menghadapi krisis ekonomi dimasa lalu ketika pandemi Covid-19.

"Pas Covid kemarin kami berhasil melewati masa sulit itu, tentu saat ini harus optimis. Salah satu strateginya ya kami menggelar table top PHRI untuk berkomunikasi," jelasnya.

Pihaknya berharap pemerintah segera menyedikan rute penerbangan langsung dari Thailand ke Yogyakarta via Bandara Yogyakarta International Airport.

"Ini supaya turis dari Thailand ingin ke Jogja bisa langsung terbang, selama ini kan mereka transit dulu ke Jakarta atau Bali," tegas Deddy.

Lesunya daya beli masyarakat juga turut dirasakan Nasrudin, seorang penjual aneka oleh-oleh khas Kota Yogyakarta.

Namun sepinya penjualan ini ditengarai olehnya karena saat ini belum memasuki peak season liburan.

"Sekarang masih sepi, karena kebanyakan turis yang datang itu mancanegara. Mungkin bulan November mulai ramai lagi," katanya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved