Teater Musikal Mahespati Sangkara, Jeritan Negeri dari Panggung ISI

Teater musikal "Mahespati Sangkara" menyajikan pesan kuat tentang bahaya ketamakan dan pentingnya persatuan bangsa. 

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Hanif Suryo
Teater musikal "Mahespati Sangkara" yang digelar di ISI Yogyakarta, Jumat (27/9/2024) malam 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Teater musikal "Mahespati Sangkara" yang digelar di ISI Yogyakarta, Jumat (27/9/2024) malam, menyajikan pesan kuat tentang bahaya ketamakan dan pentingnya persatuan bangsa. 

Lakon ini mengisahkan perjuangan generasi muda dalam menghadapi ancaman yang mengancam keutuhan bangsa.

Melalui alur cerita yang menarik dan didukung oleh pertunjukan musik, tari, dan visual yang memukau, "Mahespati Sangkara" berhasil menyadarkan penonton akan pentingnya menjaga persatuan dan waspada terhadap segala bentuk ancaman.

Pertunjukan ini merupakan puncak dari trilogi Dwipantara, yang mengisahkan perjuangan generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan.

"Kisah ini merupakan lanjutan dari pertunjukan sebelumnya; Niskala Nawasena dan Ambarasta. Pertama, kisah Niskala Nawasena merupakan metafora dari permasalan bangsa Indonesia saat ini," terang Pimpinan Produksi, Setya Rahdiyatmi K.J.

Raja Adhikara sebagai gambaran amanat kemerdekaan terus terancam oleh gangguan perpecahan, radikalisme, multi krisis, dan dekadensi moral yang digambarkan dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara. 

Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki. 

Kedua, kisah Ambarasta merupakan metafora sebagai seruan untuk bela negara kepada generasi emas Indonesia.

Niskala menjadi gambaran bumi Indonesia yang menawan di mata seluruh negara dan selalu menjadi perhatian dunia global. 

“Ambarasta” mencoba untuk menumbuhkan cinta tanah air dan menanamkan semangat bela negara pada generasi muda Indonesia adalah langkah nyata untuk kepastian kehidupan generasi kita di masa mendatang. 

Baca juga: Penjabaran Jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Bab 3 Halaman 59-63

Ketiga, Mahespati Sangkara mengisahkan perjuangan seorang pemuda bernama Aruta yang mengajarkan pada kita akan pentingnya memperjuangkan hak kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan di mata dunia. 

"Sebagai kesatuan negara yang besar, sudah semestinya kita selalu waspada akan ancaman dan gangguan dari pihak luar. Ancaman akan selalu datang bila kita lalai bermawas diri, Bangsa kita bisa hancur bukan hanya karena kejahatan bangsa lain, namun karena ketamakan bangsanya sendiri," ungkapnya.

Pergelaran ini merupakan pertunjukan kolaborasi dari seluruh program studi di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta yang melibatkan 296 orang (mahasiswa dan dosen) dan dikemas dengan mengintegrasikan visual interaktif, memadukan tampilan LED dan seni panggung, serta interaksi aktor dengan animasi guna menciptakan pertunjukan yang imersif dan inovatif. 

Dekan FSP ISI Yogyakarta, Nyoman Cau Arsana, menyampaikan rasa terima kasih dan selamat kepada seluruh pengkarya, pemeran, pengiring orkestra, panitia, dan penari atas terwujudnya karya ini. 

"Melalui pentas ini,FSP ISI ingin menegaskan posisinya sebagai lembaga seni yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga aktif berkontribusi dalam memajukan dunia seni di Indonesia," ujar Arsana.

Senada dengan Dekan FSP ISI, Rektor ISI Yogyakarta, Prof. Irwandi, juga memberikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya pentas ini. 

Menurutnya, pentas teater musikal kolosal ini merupakan bukti nyata dari sebuah proses kreatif di mana seniman dituntut untuk menuangkan ide dan karya mereka kepada audiens. 

"Saya berharap pentas ini dapat menjadi momentum yang baik bagi ISI Yogyakarta untuk semakin dikenal di kancah internasional sebagai world class university," ungkap Irwandi. (HAN)

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved