Swasta Siap Impor 1,3 Juta Sapi Hidup untuk Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis

Puluhan perusahaan swasta siap untuk mendatangkan sapi hidup dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ Ahmad Syarifudin
Sapi perah di wilayah Cangkringan yang menjadi prioritas penyuntikan vaksin PMK di Kabupaten Sleman. 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Puluhan perusahaan swasta siap untuk mendatangkan sapi hidup dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging guna menyukseskan program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo Subianto.

Dikutip dari Kompas.com, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan ada 46 perusahaan yang siap untuk memasok 1,3 juta sapi hidup ke Indonesia.

"Kita ingin mendatangkan bukan susu dalam bentuk produk, bukan juga daging dalam bentuk karkas atau dalam bentuk cut, tapi kita ingin mendatangkan sapi hidup," kata Sudaryono kepada wartawan di Jakarta, dikutip Kamis (26/9/2024). 

"Kami sampaikan sudah ada 46 perusahaan yang siap dan berkomitmen untuk mendatangkan sapi hidup. Komitmen mereka ada 1,3 juta ekor yang didatangkan," lanjutnya. 

Sapi-sapi dari luar negeri yang akan didatangkan ke Indonesia itu menurut Sudaryono salah satunya berasal dari Australia.

Baca juga: Jogja Persi Expo 2024, Navigasi Dunia Kesehatan yang Dinamis

Impor sapi tersebut tidak akan menggunakan dana dari APBN dan murni dari swasta.

Para perusahaan itu siap untuk memasok kebutuhan sapi di tanah air karena mereka berinvestasi.

"Jadi kita tidak mengeluarkan dana ABPN kita. Dari 46 ternyata ada beberapa perusahaan joint venture di Indonesia yang berkolaborasi atau sebagian merupakan pemegang sahamnya adalah beberapa perusahaan Australia," ujar Sudaryono. 

Mengingat proses mendatangkan sapi hidup membutuhkan waktu, ia menyarankan agar pemenuhan kebutuhan protein dalam MBG tidak segera menggunakan daging dan susu.

Ia mengusulkan agar kebutuhan protein yang disediakan dari susu, diambil dari sumber protein lain untuk sementara waktu. 

"Kebutuhan yang tadinya harusnya diberi susu, ya diberi (dari) sumber protein lain sampai dengan kita bisa menyediakan susu sendiri. Intinya makan bergizi gratis kan bukan harus minum susu atau makan apa, kan enggak ada. Intinya adalah proteinnya cukup," ucap Sudaryono. (*)

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved