Mubeng Kampus Jogja

Pakar UGM Ajak Pemerintah dan Masyarakat Lakukan Mitigasi Kekeringan

Untuk menghadapi ancaman kekeringan, cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah penyediaan air oleh pemerintah setempat.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
ist
Ilustrasi kekeringan 

 Material ini membuat air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat disimpan dalam waktu yang lama.

 Air disimpan di sungai-sungai bawah tanah dan gua-gua yang memiliki kedalaman mencapai 100 meter.

“Itu paling dangkal saja sekitar 50 meter, jadi sungainya itu dalam sekali,” kata Djati.

Pemompaan air dari sungai-sungai bawah tanah ini membutuhkan biaya yang tinggi sebab air tidak dapat naik dengan mesin pompa biasa.

Mekanisme pemompaan airnya pun tidak biasa.

Dibutuhkan tempat yang posisinya relatif paling tinggi di suatu kawasan agar secara gravitasional, air dapat didistribusikan ke sekitarnya. 

Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi kekeringan adalah membuat sumber air buatan, seperti embung atau bendungan.

Cara ini sering digunakan di daerah Nusa Tenggara Timur sebagai persiapan musim kemarau dan bencana kekeringan.

“Embung-embung itu untuk menampung air saat musim hujan, untuk kemudian bisa dimanfaatkan pada musim kemarau,” ujar Djati.

Upaya mitigasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, imbuh Djati, masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan air di musim kemarau secara mandiri.

Cara yang paling mudah adalah dengan membuat sistem penampungan air hujan di tandon-tandon air.

Air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan irigasi dan domestik seperti MCK dan masak apabila sudah dijernihkan.

“Tidak selalu harus menunggu dari pemerintah, sebetulnya secara mandiri masyarakat bisa dilibatkan,” tutur Djati.  ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved