Kontroversi Chattra Candi Borobudur
Kilas Balik Polemik Chattra Borobudur sejak Era Theodore van Erp
Tugas restorasi Borobudur dilaksanakan van Erp dari 1907 hingga 1911, yang menghasilkan penampakan candi itu seperti yang sekarang
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Iwan Al Khasni
Bagi umat Buddha, lanjut Supriyadi, pemasangan chattra diyakini memberikan dampak spiritualitas yang sangat mendalam.
Apalagi saat pemugaran Borobudur yang dipimpin Theodoor van Erp pada kurun 1907-1911 silam, chattra diyakini pernah terpasang megah di puncak stupa utama.
Tak hanya itu, sejarah adanya chattra ini juga telah banyak diceritakan dalam berbagai kitab maupun literatur.
Seperti dalam kitab Lalitawistara Sutra yang menyebut kata payung berkali-kali. Tak hanya itu, kitab Lalitawistara Sutra ini juga terukir dalam 120 keping relief di badan Candi Borobudur.
Penggunaan kata payung dapat ditemukan dalam Gandawyuha Sutra. Kitab ini mengisahkan Sudhana yang berkelana demi belajar kepada lebih dari 50 orang guru untuk mengejar pencapaian ‘Pencerahan Sempurna’.
“Dalam kisah tersebut, Sudhana digambarkan sebagai seorang pemuda yang selalu memiliki sebuah payung yang melindunginya. Gambaran payung tersebut terukir dalam 332 keping relief di Candi Borobudur,” kata Supriyadi di Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Selain tertuang dalam Lalitawistara Sutra dan Gandawyuha Sutra, kata Supriyadi, istilah chattra juga ditemukan dalam kisah-kisah Jataka, Awadana dan Karmawibhangga Sutra.
Kisah-kisah Jataka dan Awadana pun terukir dalam 720 keping relief di Candi Borobudur. Payung tersebut tergambar di mana para brahmin dilindungi oleh payung di atas kepalanya.
Dijelaskan Supriyadi, melalui ruang interpretasi keagamaan (Buddha), dapat ditemukan pula kesatuan pandangan kepingan batu-batu secara nyata ada dan ditemukan di Candi Borobudur sebagai payung.
Chattra pernah terpasang di tempat yang paling mulia pada masanya.
“Dengan fakta ini, sesuai arahan Gus Men, keputusan untuk memasang kembali chattra merupakan upaya dalam menyempurnakan Borobudur sebagai Pusat Kunjungan Wisata Religi Agama Buddha Indonesia dan Dunia,” katanya.
Hari-hari ini, tim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mempersiapkan pembongkaran chattra di komplek MCB Borobudur, dan akan dikaji ulang untuk persiapan pemasangan.
Pendapat kalangan sejarah dan arkeologi sudah sangat jelas, dan diulang-ulang kesimpulannya sama, yaitu chattra versi van Erp belum memiliki dasar kuat.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.