Kontroversi Chattra Candi Borobudur 

Kilas Balik Polemik Chattra Borobudur sejak Era Theodore van Erp

Tugas restorasi Borobudur dilaksanakan van Erp dari 1907 hingga 1911, yang menghasilkan penampakan candi itu seperti yang sekarang

|
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Iwan Al Khasni
BKB
Candi Borobudur 

Teman sejawat Dailami, yaitu Pak Werdi di tahun-tahun berikutnya perlahan menemukan batu-batu lainnya di Lokasi terpisah-pisah, dan mencoba mengumplukan dan mengelompokannya. 

Semakin banyak yang terkumpul, Werdi mulai mencoba merekaulang bentuknya berdasar gambar kerja van Erp dan pada 1997, chattra itu mewujud kembali. 

Setelah jadi, chattra itu diletakkan di Museum Karmawhibangga, dan sejak itu polemic chattra terus berlangsung.

Pada 2019, chattra yang tadinya di Museum Karmawhibangga dibongkar dan dipindahkan ke komplek Balai Konservasi Borobudur (kini berganti nama Museum dan Cagar Budaya Borobudur). 

Dalam sebuah forum diskusi di Yogyakarta guna mengkaji chattra Borobudur pada 2 Februari 2018, arkeologi UI Prof Dr Mundarjito, mengemukakan keraguannya atas chattra di Candi Borobudur

Ia menyatakan, hingga saat ini belum ada data otentik yang menyebutkan chattra merupakan struktur inti dari stupa induk Candi Borobudur
Ia juga berpandangan pemasangan chattra bukan suatu hal yang mendesak. 

"Saya sendiri merasa tidak yakin. Kalau tidak tahu persis mendingan jangan," kata Mundarjito yang pernah terlibat pemugaran Candi Borobudur era 1970an. Pernyataannya dikutip LKBN Antara pada pemberitaan 2 Februari 2018. 

Tim BRIN pada Kamis (5/9/2024) tampak mengukur chattra hasil rekonstruksi Theodore van Erp yang dilanjutkan penyusunan ulang oleh Balai Konservasi Borobudur sejak 1995. Chattra itu kini ditempatkan di halaman Balai Konservasi Borobudur atau kini Bernama Museum Cagar Budaya Borobudur.
Tim BRIN pada Kamis (5/9/2024) tampak mengukur chattra hasil rekonstruksi Theodore van Erp yang dilanjutkan penyusunan ulang oleh Balai Konservasi Borobudur sejak 1995. Chattra itu kini ditempatkan di halaman Balai Konservasi Borobudur atau kini Bernama Museum Cagar Budaya Borobudur. (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga)

Meski demikian, menurut Mundarjito, pemasangan chattra harus diputuskan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan intepretasi ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Pada akhir Desember 2023, sebagian tokoh dan kalangan Buddha Indonesia sangat berharap rencana pemasangan chattra atau payung di puncak Candi Borobudur segera bisa diwujudkan. 

Pemasangan chattra diyakini akan semakin memperkuat aspek spiritualitas dan menjadi kesempurnaan Borobudur sebagai tempat peribadatan. 

Tak sebatas untuk umat Buddha, pemasangan ini juga akan menjadi energi baru bagi Indonesia.

Hal itu dikemukakan Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI Drs Supriyadi MPd lewat pernyataan yang dipublikasikan di situs Kementerian Agama RI. 

Pemasangan chattra di Candi Borobudur menurutnya menjadi salah satu perhatian Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam mewujudkan Borobudur sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha Indonesia dan dunia. 

Pemasangan chattra yang telah menjadi impian lama umat dan tokoh Buddha akan menjadi babak baru dalam optimalisasi dan pengembangan Candi Borobudur

Lewat pemahaman, kesadaran dan tanggung jawab bersama itu, diharapkan Borobudur menjadi destinasi yang kian memikat orang untuk datang tanpa sedikitpun menggerus aspek perlindungan kecagarbudayaan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved