KUNCI JAWABAN
Soal Dan Kunci Jawaban Bab 2 Bahasa Indonesia Sd/Mi Kelas 6 Halaman 44,45,46
Kunci Jawaban Bab 2 Bahasa Indonesia Sd/Mi Kelas 6 Halaman 44,45,46 Latihan soal
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM-Soal Dan Kunci Jawaban Bab 2 Bahasa Indonesia Sd/Mi Kelas 6 Halaman 44,45 ,46
Panggung Dunia Eko Supriyanto
Bagaimana awal ketertarikan
Mas Eko untuk menari? Tadinya sih dipaksa bapak dan ibu untuk ikut menari bersama kakek. Setelah kakek meninggal, saya diberi les privat di tempat Pak Paijan. Kemudian dari Pak Paijan, saya beralih ke Pak Pahari di Karang Lor. Beliau salah satu tokoh tari juga yang ada di Magelang. Setelah itu, ketika masuk SMEA saya setengah berhenti menari karena malu dibilang seperti cah wedok (anak perempuan) kalau menari. Tapi, di kelas tiga saya harus memilih antara bermain voli atau menari lagi. Akhirnya saya bertemu dengan tari lagi. Waktu itu saya bertemu dengan Bu Hartik, istri Pak Paijan yang mengajar di SMEA. Dari mereka, saya bertemu dengan Pak Alit Maryono, seorang tokoh tari di Magelang juga. Akhirnya saya mendapat motivasi dari Pak Alit dan guru-guru sebelumnya. Kita mendirikan sanggar tari di Magelang, namanya Sanggar Pitaloka. Sanggar ini tidak hanya melestarikan tapi juga mengajarkan regenerasi tarian-tarian tradisi kita seperti gaya Surakarta, gaya Yogya, maupun gaya-gaya Pak Bagong. Mereka yang menari adalah anak-anak SD, SMP, dan SMA. Dari situlah cikal bakal saya memutuskan untuk terus di tari. Akhirnya saya ambil kuliah di STSI Solo yang sekarang sudah menjadi ISI.
Apa yang membuat Mas Eko yakin dengan pilihan berkarier sebagai penari?
Saya belajar silat Bima, budaya Indonesia Mataram. Kebetulan di keluarga kami anak-anak laki-laki diwajibkan untuk ikut silat. Tapi pada saat yang sama entah kenapa kakek itu ingin cucu-cucunya juga ikut belajar menari. Walaupun yang berhasil cuma saya sekarang ya. Dari awal satu keluarga itu lelaki semua latihan, ya latihan menari, ya latihan silat. Tapi yang menjadi penari sungguhan cuma saya, tidak ada yang lain. Saya pikir karena pada saat itu, tahun-tahun 80-an dan 90-an, konotasi tari masih dianggap sesuatu yang dilakukan atau dikerjakan dan dipentaskan oleh perempuan. Saya masih merasa yakin saja kalau akhirnya tari dan silat itu saling berkaitan. Apalagi ketika saya masuk STSI, saya baru sadar ketika bertemu Pak Sardono dan tokoh tari yang lain. Saya merasa profesi saya sekarang dengan latar belakang yang sama dari keluarga yang sama, bagaimana Mas Don juga belajar silat dari kecil. Akhirnya saya justru merasa beruntung karena dituntun di jalan yang benar. Dari silat yang sifatnya maskulin kemudian disinggungkan dengan sesuatu yang lebih feminin, lebih halus dan lebih terasa. Ini sebenarnya sebagai pondasi yang membuat saya yakin kalau tari memang pilihan saya.
Bisa diceritakan pengalaman menjadi penari latar di tur Madonna?
Saya rasa dari budaya yang bisa saya kenalkan dan tampilkan itulah yang pada akhirnya membawa saya dipilih di tur Madonna. Memang waktu itu saya menari memperagakan tarian Bali yang saya gabung dengan silat. Kemudian tarian Minang yang saya gabungkan dengan Halmahera Barat. Selanjutnya tarian Maluku yang saya gabungkan dengan tarian Aceh. Pada saat itu Madonna sangat mengakui bahwa Indonesia itu luar biasa keragaman keseniannya. Audisi yang saya ikuti di Los Angeles (LA) itu pesertanya ada sepuluh ribuan. Yang dipilih cuma enam yang dari LA. Kemudian yang dari New York (NY) itu juga sekitar enam ribuan, dipilih cuma empat. Kemudian digabung dari LA enam dan dari NY empat. Ditambah untuk cadangan dua orang. Penari yang paspornya non-Amerika cuma saya. Pengalaman itu pengalaman yang sangat berharga, sangat penting dalam karier dan hidup saya. Tapi saya harus melangkah maju. Mungkin dari situ saya justru bisa meneruskan dan membagikan pengalaman ini untuk teman-teman yang lain.
Apa kesibukan Mas Eko sekarang?
Saya baru mengeluarkan buku. Judulnya Ikat Kait Impulsif Sarira. Buku ini dari disertasi saya tentang tari kontemporer Indonesia. Di dalam kesimpulan di buku ini, saya menulis bahwa proses kreatif dari tari kontemporer Indonesia ada tiga: mengunjungi kembali, mempertanyakan kembali, dan menginterpretasi kembali tradisi kita. Saya selalu bilang bahwa saya beruntung dalam hal tari tradisional, kita mempunyai seniman kontemporer. Kalau tidak, tarian tradisional itu hanya akan ada di museum, dan menjadi barang eksotis saja. Hanya akan dipuji, “Wah, cantik.” Lalu selesai begitu saja. Nah, tugas seniman tari kontemporer inilah yang menciptakan gagasan baru untuk menjembatani supaya tari tradisional kita tidak hanya dianggap sebagai barang eksotis melulu setiap saat
BAB 2 halaman 44 Bahasa Indonesia Sd/Mi Kelas 6
1. Menurut kalian, apa yang dimaksud dengan tari kontemporer? Apa perbedaannya dengan tari tradisional
2. Apakah kalian setuju dengan anggapan bahwa menari hanya cocok dilakukan oleh perempuan? Saya setuju/tidak setuju karena
3. Eko Supriyanto terpilih sebagai penari latar Madonna melalui seleksi yang ketat. Ia menjadi satu-satunya orang asing yang terpilih. Apa yang dapat kalian pelajari dari hal ini?
4. Mengapa Eko Supriyanto tidak ingin tarian tradisi kita hanya dianggap sebagai barang eksotis? Jelaskan dalam kata-kata kalian sendiri!
Kunci Jawaban Worksheet 5.3 Bahasa Inggris Kelas 8 Halaman 243 Kurikulum Merdeka |
![]() |
---|
Cara-Cara Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai: PPKN Kelas 11 Unit 2 Halaman 169-170 |
![]() |
---|
PPKN Kelas 11 Unit 2 Cara-Cara Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai Halaman 169-170 |
![]() |
---|
Penjabaran PPKN Kelas 11 Unit 5: Stereotip, Diskriminasi, dan Bullying Halaman 146 |
![]() |
---|
Jawaban Soal Kimia untuk Kelas 11 BAB 3 Ayo Cek Pemahaman Uraian : Stoikiometri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.