Arti Pertanda

Arti Gempa Bumi Malam Hari di Bulan September 2024 - Sapar dan Mulud 1958 Tahun Jawa

Berikut penjelasan arti gempa bumi di malam hari yang terjadi pada bulan September 2024 tepat bulan Sapar dan Mulud 1858 Tahun Jawa.

DOK. Freepik
Arti Gempa Bumi Malam Hari di Bulan September 2024 - Sapar dan Mulud 1958 Tahun Jawa 

TRIBUNJOGJA.COM - Primbon Jawa meyakini peristiwa gempa bumi memuat suatu pertanda atau pesan dari Sang Pencipta.

Arti gempa bumi bisa berbeda, tergantung kapan terjadinya. 

Dirangkum dari buku “Kitab Primbon Jawa Serbaguna” (2021) halaman 137 - 139 yang ditulis R. Gunasasmita, berikut penjelasan arti gempa bumi malam hari yang terjadi pada bulan September 2024.

Bulan Sapar 1958 Tahun Jawa (1 - 4 September 2024)

Arti Gempa Bumi Malam Hari di Bulan September 2024 - Sapar dan Mulud 1958 Tahun Jawa
Arti Gempa Bumi Malam Hari di Bulan September 2024 - Sapar dan Mulud 1958 Tahun Jawa (DOK. Freepik)

Tanggal 1 - 4 September 2024 jatuh pada bulan Sapar 1958 Tahun Jawa (TJ), tepatnya tanggal 26 - 29 Sapar 1958 TJ.

Jika terjadi gempa bumi malam hari pada tanggal 1 - 4 September 2024, maka gempa tersebut adalah pertanda baik.

Konon, menurut Primbon Jawa, arti gempa bumi malam hari saat bulan Sapar merupakan pertanda kehidupan akan makmur, berkecukupan, dan tidak kekurangan. 

Ternak masyarakat disebut-sebut bakal banyak berkembang biak.

Selain itu, sumber pakan ternak akan tersedia cukup melimpah. 

Itulah arti gempa bumi malam hari yang terjadi pada bulan Sapar.

Bulan Mulud / Rabiul Awal 1958 Tahun Jawa (5 - 30 September 2024)

Tanggal 5 - 30 September 2024 bertepatan dengan 1 - 26 Mulud 1958 TJ atau 1 - 26 Rabiul Awal 1958 TJ.

Apabila terjadi gempa bumi pada rentang tanggal 5 - 30 September 2024, maka gempa bumi tersebut merupakan pertanda kurang baik.

Konon, gempa bumi yang terjadi malam hari di bulan Rabiul Awal atau bulan Mulud merupakan pertanda akan datang musim hujan yang disertai angin kencang.

Air hujan akan cukup melimpah dan bisa menyebabkan banjir.

Itulah arti gempa bumi malam hari pada bulan Rabiul Awal berdasarkan Primbon Jawa.

Fakta-fakta Gempa Bumi

Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (pixabay)

Anda yang tinggal lama di Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan peristiwa gempa bumi, terlebih Anda yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat rawan gempa bumi karena wilayah Indonesia terletak pada rangkaian Ring of Fire atau Cincin Api.

Apa itu Ring of Fire?

Ring of Fire adalah rangkaian gunung berapi sepanjang 40.000 kilometer (km) dan situs aktif seismik yang membentang di Samudra Pasifik. 

Dikutip Kompas.com dari National Geographic, Ring of Fire melacak titik pertemuan banyak lempeng tektonik, termasuk lempeng Eurasia, Amerika Utara, Juan de Fuca, Cocos, Karibia, Nazca, Antartika, India, Australia, Filipina, dan lempeng lain yang lebih kecil.

Semua lempeng tersebut mengelilingi Lempeng Pasifik yang besar. 

Nah, lempeng-lempeng tersebut terus meluncur, bertabrakan, atau bergerak di atas atau di bawah satu sama lain. 

Pergerakan inilah yang kemudian menghasilkan palung laut dalam, letusan gunung berapi, dan episentrum gempa di sepanjang batas pertemuan lempeng, yang disebut garis patahan.

Sesar Opak di Jogja

Sesar Opak Bukit Mengger (SOBM) di Kalurahan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, DIY
Sesar Opak Bukit Mengger (SOBM) di Kalurahan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, DIY (DOK. Geopark Jogja)

Tahukah Anda? Yogyakarta memiliki salah satu patahan yang masih terus aktif sampai sekarang?

Patahan aktif ini ada di sekitar Sungai Opak dan diberi nama Sesar Opak.

Mengutip Kompas.com, Sesar Opak merupakan patahan yang berada di wilayah Provinsi DIY, tepatnya di sekitar aliran Sungai Opak, dengan panjang jalur patahan mencapai 45 kilometer (km) di sepanjang aliran sungai tersebut. 

Keberadaan Sesar Opak memiliki magnitudo tertarget M 6,6, yang hingga kini patahan tersebut masih terus aktif. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. menerangkan, aktivitas di Sesar Opak belum berhenti.

Patahan tersebut juga merupakan sumber gempa subduksi lempeng atau zona gempa megathrust di selatan Pulau Jawa dengan magnitudo tertarget M 8,7.

Gempa Jogja pada 27 Mei 2006 silam yang berkekuatan 5,9 SR dan menewaskan 6.234 orang tersebut diketahui berpusat di Sungai Opak, tepatnya di Sesar Opak. 

Kepala BMKG menerangkan, Sungai Opak berhulu dari lereng Gunung Merapi, lalu mengalir ke selatan dan bermuara langsung ke Samudra Hindia di Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, DIY.

Ia berpesan, pelatihan dan upaya mitigasi gempa dan tsunami bagi masyarakat di kawasan rawan gempa bumi, terutama di sepanjang kawasan Sesar Opak, harus selalu digiatkan. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved