Aksi Jogja Memanggil di Gejayan
Massa Aksi Jogja Memanggil Akhiri Orasi di Gejayan dengan Pembacaan Sikap
Aksi ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap untuk mengawal konstitusi yang dibacakan oleh perwakilan Jogja Menanggil.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Massa aksi Jogja Memanggil yang menggelar orasi terbuka Mimbar Demokrasi di Jalan Gejayan, Yogyakarta, Kamis (29/8/2024) mengakhiri aksinya setelah 2,5 jam berorasi.
Aksi ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap untuk mengawal konstitusi yang dibacakan oleh perwakilan Jogja Menanggil.
Beberapa poin yang disampaikan yakni mengajak masyarakat untuk melawan segala upaya perusakan atau kelemahan konstitusi.
Kemudian, melakukan segala cara untuk mencegah oligarki dan politik dinasti terjadi. Mengajak seluruh dosen dan guru besar Jogja untuk kritis dan berani bersuara.
Serta, menyerukan kepada warga Jogja untuk membangun oposisi rakyat dan menyerukan kepada semua gerakan perlawanan rezim Jokowi untuk bersatu dalam konsolidasi.
Pantauan Tribunjogja.com setelah pembacaan sikap, pukul 18.01 WIB, massa aksi mulai meninggalkan Pertigaan Colombo Jalan Affandi yang dulunya bernama Jalan Gejayan, Yogyakarta sebagai titik aksi.
Sebelumnya, Massa aksi tiba di lokasi dengan membawa sejumlah poster hingga spanduk yang bertuliskan nada protes.
Beberapa diantaranya seperti rezim korup dan brutal, selamatkan Indonesia, sejahterakan petani dan banyak lainnya.
Massa aksi tiba di pukul 15.30 WIB. Setiba di Pertigaan Colombo, massa aksi membuat lingkaran di tengah jalan.
Kemudian beberapa perwakilan melakukan orasi dari terbuka dari atas mobil komando dan pembacaan puisi.
Pihak kepolisian dan TNI yang melakukan pengamanan melakukan pengaturan lalu lintas.
Untuk sementara, akses lalu lintas di Jalan Affandi persisnya di Pertigaan Colombo dialihkan. Tak ada kendaraan yang bisa lewat selama aksi berlangsung.
Salah seorang orator pada kesempatan itu menyinggung terkait praktik-praktik nepotisme yang marak terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Dia menilai hal itu membuat Indonesia tak maju-maju.
"Perlawanan ini bukan akhir kawan-kawan, ini baru permulaan," teriak seorang orator dari atas mobil komando.
Sementara itu, seniman komedi, Dodok Jogja juga memberikan orasi terbuka pada kesempatan itu.
Dia menyoroti politik dinasti yang marak terjadi akhir-akhir ini. ( Tribunjogja.com )
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.