Kisah Perjalanan Raminten Bakal Dikemas Dalam Film Dokumenter, Disutradarai Nia Dinata

Kehidupan Hamzah Sulaeman pemilik Hamzah Batik dengan Raminten Universemya yang ikonik di Yogyakarta bakal diangkat dalam sebuah film dokumenter.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Sutradara Nia Dinata saat menghadiri press conference bersama Hamzah Sulaeman untuk sebuah project film dokumenter, Senin (19/8/2024) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kehidupan Hamzah Sulaeman (KMT Tanoyo Hamijinindyo) pemilik Hamzah Batik dengan Raminten Universemya yang ikonik di Yogyakarta bakal diangkat dalam sebuah film dokumenter.

Pemrakarsa film dokumenter Hamzah Sulaeman ini yakni Kalyana Shira Films bersama Olga Lidya, Dena Rachman dan sutradara Nia Dinata.

Yang menarik dari project film dokumenter ini sutradara Nia Dinata akan mengupas kehidupan Hamzah Sulaeman dengan memunculkan tokoh Raminten sebagai alter ego yang ikonik.

Raminten sendiri merupakan tokoh asal Jawa berkebaya tradisional lengkap dengan kain batik dan sanggul yang selalu tampil elegan dengan kacamata yang begitu khas.

Raminten tumbuh, menjadi salah satu daya tarik Yogyakarta yang dikenal luas oleh masyarakat. 

Raminren bahkan memiliki banyak usaha termasuk toko oleh-oleh, restoran, serta pertunjukan cabaret yang selalu ramai digandrungi oleh turis lokal maupun internasional.

Sang sutradara, Nia Dinata, mengatakan project dokumenter tersebut bersifat nirlaba dengan pendanaan yang dihimpun dari crowd funding beberapa rekan yang peduli dengan keberadaan Raminten

Ia menilai sosok Hamzah dengan Ramintennya menyimpan banyak hal menarik yang harus diketahui publik.

"Dokumenter ini mengupas tentang warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan kanjeng (K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo Hamzah Sulaeman) dalam membina dan membesarkan Raminten tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tetapi juga sebagai keluarga pilihan chosen family), termasuk di dalamnya karyawan, penampil pertunjukan, serta keluarga dan para sahabat. Kanjeng membangun Raminten sebagai ruang aman untuk berekspresi khususnya lewat pertunjukan Raminten cabaret," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (19/8/2024).

Baca juga: Panduan Pendakian Gunung Ungaran Melewati Jalur Perantunan

Ide mengangkat Raminten menurut Nia sudah tercetus sejak lama dan pertama kali dikemukakan tahun 2023 ketika Dena Rachman, masih berada di London mengerjakan disertasi untuk studi S2-nya mengenai representasi gender dalam industri film di Indonesia. 

Waktu itu ia mendiskusikan dengan Dena dan mereka akhirnya memutuskan Raminten sebagai bentuk representasi.

"Saya melihat sosok Kanjeng (Hamzah) membawa banyak hal yang menarik untuk diangkat. Semua diterima, mencari kebahagiaan batin baru lahir. Ini bisa menjadi contoh, bagaimana orang di sekelilingnya bekerja karena passion. Ya berkesenian dan berkehidupan. Tidak ada satu pun yang merasa terpaksa, namun kebahagiaan. Harapannya film ini bisa menjadi hal penting bagi siapapun yang pernah memiliki cerita dengan Raminten dan Jogja," jelas Nia Dinata yang merupakan Sutradara Film Arisan.

Sementara Dena Rachman terlihat begitu antusias mengerjakan project film dokumenter yang untuk sementara diberi judul Raminten Universe tersebut. 

Ia memiliki cerita tersendiri dengan Jogja dan Raminten, dan tanpa pikir panjang menyetujui untuk terlibat dalam pembuatan film.

"Kami semangat sekali karena sosok Kanjeng sangat menginspirasi buat kami pribadi dan fakta bahwa Raminten dengan segala warna-warninya merupakan pertunjukkan cabaret yang sangat populer dan disukai oleh berbagai macam orang benar-benar menarik untuk diceritakan," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved