Merajut Asa dari Alung Banua, Kolaborasi Tim KKN-PPM UGM dengan Kompas

Suasana di perpustakaan pun dipenuhi kehangatan dan semangat belajar yang terpancar dari senyum lebar di wajah anak-anak ini.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Ardhike Indah
Murid kelas V dan VI SD GMIM Alung Banua, para guru dan mahasiswa KKN-PPM UGM di depan perpustakaan 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, BUNAKEN - Senyum anak-anak SD Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Alung Banua, Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara merekah ketika melihat buku-buku yang sudah diatur rapi di rak pojok baca perpustakaan.

Satu per satu dari mereka mengambil buku bergambar yang menarik dan membacanya di area lesehan.

Di atas karpet, anak-anak duduk bersila, berbaring, atau sesekali saling bertukar buku dengan tawa riang.

Pojok baca ini seolah menjadi surga kecil bagi mereka, di mana imajinasi bisa terbang tinggi tanpa batas. Setiap halaman yang dibuka menghadirkan petualangan baru, membuat mata mereka berbinar penuh rasa ingin tahu.

Kebahagiaan mereka begitu tulus, seolah dunia luar tak lagi berarti saat mereka tenggelam dalam cerita yang ada di tangan mereka.

Suasana di perpustakaan pun dipenuhi kehangatan dan semangat belajar yang terpancar dari senyum lebar di wajah anak-anak ini.

“Ingat, membaca itu adalah jendela dunia,” ujar Kepala Sekolah SD GMIM Alung Banua, Yureni Tukunang kepada murid-muridnya yang tampak asyik membuka lembar demi lembar buku.

SD GMIM Alung Banua adalah satu-satunya sekolah dasar yang ada di Kelurahan Alung Banua, Kecamatan Bunaken Kepulauan, Kota Manado, Sulawesi Utara.

Letaknya tujuh kilometer dari Dermaga Bunaken. Untuk menempuh SD ini, hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua atau tiga.

Jalannya yang setapak dan terkadang berbukit tak memungkinkan mobil lewat.

Di Kelurahan Alung Banua, tidak ada SD negeri. Otomatis, SD milik yayasan itu menjadi jujukan sekolah anak-anak yang bermukim di kelurahan tersebut.

Baca juga: Menyambung Kehidupan Terumbu Karang di Lautan Bunaken, Mahasiswa KKN UGM Ikut Ambil Peran

Buku dari Kompas

Di perpustakaan SD GMIM Alung Banua, sebagian buku baru yang tertata rapi di rak adalah hasil kolaborasi antara mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah mada (UGM) dengan Kompas.

Melalui program ini, Kompas memberikan sekitar 70 hingga 100 buku untuk memperkaya koleksi perpustakaan sekolah.

Buku-buku tersebut mencakup berbagai genre, mulai dari cerita anak, pengetahuan umum, ensiklopedia, sejarah, hingga kerajinan.

Setiap buku yang kini menghiasi rak perpustakaan menjadi saksi dari upaya bersama dalam meningkatkan minat baca dan pengetahuan siswa di SD GMIM Alung Banua.

Dengan tambahan buku-buku ini, siswa memiliki lebih banyak pilihan bacaan yang menarik, menambah semangat mereka untuk terus belajar dan menjelajahi dunia melalui buku.

“Kalau di sini, bukunya itu sudah lama. Sudah dimakan rayap. Kalau tidak diberi mahasiswa UGM dan Kompas, kami tidak punya buku baru,” jelas Yureni ketika berbincang dengan Tribun Jogja.

Tak hanya buku dimakan rayap, rak-rak yang terbuat dari kayu itupun sudah lapuk dimakan usia.

Baca juga: KKN Kelompok 109 UMBY Gandeng Influencer Ajarkan Digital Marketing Peningkatan Produktivitas UMKM

Bahkan, gedung perpustakaan dengan luas tak seberapa itu saja sempat tak layak untuk disebut taman pustaka.

Salah satu dinding bangunan retak karena gempa yang melanda Pulau Bunaken. Retaknya cukup parah.

Namun, lagi-lagi, SD tersebut tak bisa melakukan renovasi mengingat siswa mereka juga tidak banyak, hanya 73 orang dari kelas I hingga VI.

“Kami sempat kena gempa. Bagian belakang dinding ini sempat retak tapi sekarang sudah diperbaiki mahasiswa UGM. Ketika saya lihat di belakang, sudah tidak ada dinding retak. Mereka juga mengecat bangunan ini,” tambah Yureni dengan mata berbinar.

Antusiasme Tinggi

Bangunan itu sudah hampir enam bulan kosong. Tidak ada yang berani masuk ke dalam karena alasan keselamatan.

Lampunya pun tidak terpasang, membuat ruangan sederhana itu gelap tanpa pencahayaan.

Secara keseluruhan, listrik di Alung Banua juga byar pet. Sinyal provider pun jarang bisa berada di titik maksimal.

Kini, perpustakaan tersebut sudah memiliki pojok baca dan menjadi tempat favorit para murid ketika jam istirahat berbunyi.

“Kami ingin anak- anak bisa membaca dengan nyaman dan menambah pengetahuan mereka. Semoga antusiasme ini tidak menurun meski kami sudah selesai KKN,” kata Pniel Abigail Nathane Saragih, salah satu mahasiswa KKN-PPM UGM di Bunaken. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved