Konsistensi Pemuda Dusun Bulus Tempel Merawat Kebudayaan, Ada Atraksi Wisata saat Merti Dusun

pemuda di dusun tersebut tanpa henti membuat inovasi untuk menyemarakkan merti dusun yang bakal digelar bersamaan dengan rangkaian HUT ke-79 RI

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Para pemuda Bulus Tempel saat persiapan Merti Dusun, Senin (5/8/2024) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Konsistensi Dusun Bulus Tempel, Kalurahan Candibinangun, Pakem, Kabupaten Sleman merawat kebudayaan tak diragukan lagi.

Para pemuda di dusun tersebut tanpa henti membuat inovasi untuk menyemarakkan merti dusun yang bakal digelar bersamaan dengan rangkaian HUT ke-79 Kemerdekaan RI.

Kegiatan ini akan mulai dari 17 Agustus hingga puncak acara pada 24 Agustus 2024.

Acara yang dikemas dengan Merti Dusun Bulus Tempel 2024 ini diharapkan membawa dampak positif sebagai daya tarik destinasi wisata.

Penanggung jawab acara, Deni Nur Fitrianto, mengatakan Merti Dusun Bulus Tempel 2024 akan dimulai pada 17 Agustus 2024.

"Mulai malam 17 Agustus itu tirakatan,  kemudian tanggal 17 malam membuat gunungan," katanya, Senin (5/8/2024).

Dilanjut pada 18 Agustus ada arak-arakan gunungan yang tujuannya memibta berkah kepada sang ilahi.

Kemudian, pada 22 Agustus 2024 ada kegiatan solahwatan bersama Gus Yusuf Macul Langit, dilanjut 24 Agustus 2024 ada gelar kesenian kuda lumping Ngesti Rahayu Turonggo Manunggal.

"Semua kegiatan ini hanya dilakukan oleh satu RT," jelasnya.

Baca juga: Sleman Ajukan Tambahan Kuota Pembuangan Sampah 1000 Ton ke TPA Piyungan

Pihaknya juga akan menampilkan Bregada Suto Ijoyo yang merupakan karya terbaik warga Bulus Tempel.

Dampak positif yang diharapkan dari event merti dusun ini kedepannya mampu menjadi atraksi pariwisata sehingga meningkatkan perekonomin masyarakat.

"Kami berinisiatif merti dusun ini ke depan akan semakin menarik dan menjadi salah satu destinasi wisata budaya. Ini sudah lama kami rencanakan," ungkap Deni.

Sudarsono selaku koordinator lapangan (Korlap) menambahkan, pada 2016 lalu masyarakat setempat merasa hidup tidak tentram.

"Panen kurang baik terus kalau menjalani hidup kurang ayem (tentrem). Dari situ ayo kita adakan Merti Dusun sebagai wujud syukur marang gusti," jelasnya.

Berjalannya waktu prosesi merti dusun pun terkesan monoton yakni hanya berupa kenduren membawa uborampe lalu kemudian doa bersama.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved