Human Interest Story

Kisah Mbah Sarno, Veteran yang Tinggal di Bekas Kandang Ayam di Gunungkidul Menyentuh Hati Presiden

Kisah hidupnya yang inspiratif, namun penuh perjuangan, menyentuh hati Presiden Joko Widodo, sehingga Kepala Negara memberikan bantuan

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Mbah Sarno menerima bantuan dari Presiden Joko Widodo, Senin (5/8/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Di balik senyum keriputnya, tersimpan kisah perjuangan seorang pahlawan.

Mbah Sarno (84), mantan anggota Militer Sukarela yang turut serta dalam merebut kemerdekaan Indonesia, kini hidup sederhana di sebuah rumah kecil di Ponjong, Gunungkidul.

Kisah hidupnya yang inspiratif, namun penuh perjuangan, menyentuh hati Presiden Joko Widodo, sehingga Kepala Negara memberikan bantuan langsung kepada Mbah Sarno.

Bantuan diberikan pada Mbah Sarno pada Senin (05/8) pukul 15.00 WIB di kediamannya, oleh Staf Kepresidenan RI. 

Penyerahan bantuan tersebut disaksikan oleh lurah setempat, serta masyarakat sekitar. 

Adapun menurut Penanggungjawab Kehumasan Pimpinan dan Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji, pemberian bantuan tersebut dilakukan, karena sempat ramai di media mengenai kisah Mbah Sarno

“Bantuan yang diberikan berupa sembako dan sejumlah uang. Presiden RI mengetahui hal ini dari pemberitaan media yang sempat viral. Karena kisah beliau ini, Presiden tersentuh dan mengirimkan bantuan. Mengingat, bahwa Mbah Sarno ini pernah berjuang untuk Indonesia RI, dalam pasukan militer sukarela. Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” tutur Ditya. 

Mbah Sarno hidup seorang diri selama kurang lebih dari 20 tahun. Dirinya terlibat dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). 

Namun, hingga saat ini statusnya belum bisa menjadi veteran, meskipun sudah pernah mengajukan status veteran hingga dua kali sejak 2014. 

Baca juga: Mbah Sarno, Veteran  Asal Gunungkidul yang Hidup di Bekas Kandang Ayam Terima Bantuan dari Presiden

Mbah Sarno juga pernah terlibat dalam pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) hingga Operasi Trikora. 

Dirinya merupakan seorang anggota Militer Sukarela sejak 1960 tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) 409. 

“Saya tugas mulai dari tahun 1960. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI. Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora)," tutur Mbah Sarno

Mbah Sarno juga berperan dalam memberantas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1966-1967. 

Sebelum purna tugas, Sarno diberi penghargaan bintang sewindu. Penghargaan itu dia dapatkan setelah sembilan tahun bertugas.Mbah Sarno menyebut, sudah tidak menjadi anggota Militer Sukarela sejak tahun 1969. 

"Saya tugas sampai 1969. Akhirnya sudah 9 tahun itu diserahkan saya sudah dapat bintang sewindu juga," ujar Mbah Sarno. 

Mbah Sarno saat menerima bantuan dari Presiden Joko Widodo lewat dua orang staf khusus kepresidenan, Senin (5/8/2024)
Mbah Sarno saat menerima bantuan dari Presiden Joko Widodo lewat dua orang staf khusus kepresidenan, Senin (5/8/2024) (Dok. Istimewa)

Hidup Mbah Sarno terbilang tidak mudah dalam menjalani usia senjanya. Saat ini Sarno tidak berpenghasilan dan hidup sebatang kara. 

Ia tinggal di sebuah rumah kecil, bekas kandang ayam. Tak ada perkakas modern, hanya ada televisi kotak yang sudah rusak.

Sehari-hari, untuk membunuh rasa sepi, Mbah Sarno hanya mendengarkan suara dari radio usangnya. 

Agung Nugroho, Lurah Genjahan, Ponjong, mengatakan, Mbah Sarno merupakan salah satu warganya yang memang berkategori tidak mampu.

Ia pernah mendapatkan bantuan BLT pada masa Covid - 19, namun saat ini program tersebut dihentikan. 

Selain itu, ia juga mendapatkan bantuan dari alokasi dana desa, yang disalurkan setahun sekali.

Sejak tahun 2020, pihaknya telah mengeluarkan bantuan minimal 10 persen untuk diberikan kepada warga yang memang kurang mampu, termasuk Mbah Sarno

Namun, tentu Mbah Sarno harus berbagi dengan sejumlah besar warga yang membutuhkan. Untuk PKH sendiri, Agung menyebut, tidak bisa melakukan intervensi. 

“Bantuan ini masih kurang, dan kami berharap bantuan selanjutnya bisa beliau dapat dari luar kalurahan. Kami harap beliau dapat dibantu sebagai bekas pejuang yang pernah berjasa terhadap Indonesia ,” ujar Agung. 

Terkait dengan kelayakan hunian, Agung juga tidak bisa berbuat banyak melalui program RTLH. Bantuan RTLH ini terkendala karena Mbah Sarno sudah tidak memiliki lahan yang ada di sini. 

Syarat bantuan RTLH sendiri adalah memiliki tanah atas nama yang bersangkutan, atau salah satu warga yang mengatasnamakan Mbah Sarno.

Agung berharap bantuan kepada Mbah Sarno ini bisa terus berlanjut, tidak hanya dari satu pihak saja. 

Mengingat saat ini Mbah Sarno sudah berusia sangat lanjut, yitu 84 tahun. Sehari-hari, dirinya tidak bekerja lagi karena usia lanjut. Untuk keseharian, keponakan Mbah Sarno lah yang menanggungnya. 

Agung memastikan, bantuan yang baru saja diterima oleh Mbah Sarno benar-benar bantuan dari Presiden RI. 

“Bantuan berupa sembako, kemudian uang stimulan untuk mungkin 2 bulan 3 bulan cukup untuk hidup Pak Sarno. Stimulan uang kalau nominalnya kami tidak mau tahu, artinya karena itu sudah hak beliau,” tutup Agung. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved