Jamaah Islamiyah Bubarkan Diri

KRONOLOGI Lengkap Jamaah Islamiyah Islah dengan Aparat, Pemerintah dan NKRI

Ustad Abu Fatih alias Abdullah Anshori alias Ibnu Muhammad Thoyib ini juga meminta maaf kepada aparat keamanan, pemerintah, dan rakyat Indonesia

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribunnews/Sigit Ariyanto
Abu Fatih alias Abdullah Anshori, eks Ketua Mantiqiyah II Jamaah Islamiyah. 

Dalam kesempatan wawancara terpisah, pernyataan senada dikemukakan Ustad Siswanto atau Arif Siswanto alias Abu Mahmudah.

Ustad Siswanto menegaskan jamaah (JI) sudah sampai pada kesepakatan bulat untuk membubarkan diri dengan semua pertimbangan ilmu dan rasional.

Semua anggota hingga tetua eks Jamaah Islamiyah menyatakan diri kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ada enam butir pernyataan dan kesimpulan akhir yang dibacakan Ustad Abu Rusydan di Deklarasi Sentul.

Pembubaran itu akan diikuti sosialisasi ke akar rumput jamaah di berbagai wilayah Indonesia, serta menjamin kurikulum pendidikan pondok pesantren afiliasi JI terbebas dari tatharuf dan penyimpangan.

Ustad Arif Siswanto dalam wawancara khusus dengan Tribun mengatakan, secara pribadi dirinya mula-mula sangat berat mendapati kenyataan JI bubar atau membubarkan diri.

Tapi menurutnya demi akal sehat, atas dasar ilmu, dan demi kemanfaatan lebih banyak untuk umat dan jamaah, ia menerima titik akhir itu.

Di wawancara terpisah, Sabarno alias Amali, eks prajurit Jamaah Islamiyah, menyatakan syok saat pertama mendengar organisasi yang diikutiya bubar.

Pak Sabar, begitu ia senang disapa, sekira 10 tahun terakhir berstatus buron atau masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Densus 88 Antiteror Polri.

Dia tidak pernah tertangkap selama masa itu, dan bergerak terus, bertahan hidup bersama keluarganya, dengan bekerja apa saja, termasuk berdagang ban bekas dan bakso.

Pertama mendengar JI bubar, Sabarno tengah berada di Madiun.

Sabarno termasuk sosok penting dan punya rekam jejak panjang di gerakan Jamaah Islamiyah.

Ia pernah mengikuti semacam kursus singkat perang di sarang kelompok Moro atau MILF di Pulau Mindanao, Filipina. Lalu terjun di konflik Ambon, dan masuk ke medan perang Suriah.  

“Saya ya sempat syok saat pertama mendengarnya. Lalu saya berusaha tabayun, dan mendapatkan penjelasan lengkap. Pada akhirnya saya bisa menerima, dan menyerahkan diri pada penegak hukum,” kata Sabarno.

Kata ‘menyerahkan diri’ ini masih dalam tanda kutip, karena terjadi satu atau dua bulan sebelum Deklarasi Sentul 30 Juni 2024.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved