Berita Wonosobo

Melihat Sejarah Masa Kecil HB II di Tradisi Tenongan Nyadran di Dusun Pagerotan Wonosobo

Momentum spesial gelaran budaya Tenongan Nyadran di Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek Wonosobo, Jawa Tengah tahun ini.

|
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM/AGUS WAHYU
Prosesi tradisi Tenongan Nyadran Laku Sikramat di Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (12/7/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, WONOSOBO - Momentum spesial gelaran budaya Tenongan Nyadran di Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek Wonosobo, Jawa Tengah tahun ini.

Tradisi budaya yang digelar pada hari Jumat Kliwon setiap 70 hari sekali (dua selapanan dalam penanggalan Jawa) pada bulan Suro, Jumat (12/7/2024) lalu, berlangsung seusai prosesi pengambilan air suci dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo di Tuk Surodilogo yang terletak di dusun setempat.

tenongan nyadran wonosobo
RM Kukuh Hestrianingtyas mewakili keluarga Trah Sri Sultan HB II dan keluarga besar Hamengku Buwanan bersama Kepala Disparbud Wonosobo Agus Wibowo saat mengikuti prosesi tradisi Tenongan Nyadran Laku Sikramat di Dusun Pagerotan Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek Wonosobo, Jumat (12/7/2024).

Pengambilan air suci di Tuk Surodilogo ini menjadi pembuka prosesi pengambilan 7 sumber mata air yang ada di empat penjuru mata angin Wonosobo. Di mana air suci dari 7 sumber mata air itu akan dicampur jadi satu saat puncak Hari Jadi Kabupaten Wonosobo, yakni Rabu (24/7/2024) nanti.

Baca juga: Dimulainya Pengambilan Air Suci dari 7 Mata Air Jadi Penanda Puncak Hari Jadi Wonosobo Sudah Dekat

Suasana tampak makin sakral seusai prosesi di sumber air yang berada di lereng Gunung Sindoro, begitu acara berlanjut dengan tradisi Tenongan Nyadran yang dipusatkan di Makam Sikramat Dusun Pagerotan.

Tempat Lahir Sri Sultan HB II
Tradisi Tenongan Nyadran Laku Sikramat merupakan ritual budaya sebagai bentuk penghormatan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono II, yang lahir di dusun ini. Selama masa kecil, Sri Sultan HB II diasuh dan dibimbing secara spiritual oleh Ki Ageng Puger.

Ki Ageng Puger juga diyakini masyarakat Pagerotan sebagai pendiri Desa Pagerejo. Saat meninggal dunia, Ki Ageng Puger dimakamkan di dusun setempat dan makamnya dikenal dengan nama Makam Sikramat.

“Ngarso Dalem HB II memang dilahirkan di dusun Pagerotan ini. Selama masa kecilnya di dusun ini, beliau diasuh dan dididik secara spiritual oleh Ki Ageng Puger. Tradisi tenongan ini sebagai wujud penghormatan sekaligus rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki hasil bumi kepada masyarakat lereng Gunung Sindoro ini,” papar RM Kukuh Hestrianingtyas, perwakilan Trah HB II dan Trah Hamengkubuwanan.

Gusti Aning (panggilan akrab Hestrianingtyas) menjelaskan, tradisi Tenongan Nyadran Laku Sikramat menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian budaya dan nilai-nilai luhur leluhur.

“Di tengah modernisasi, tradisi ini menjadi momen yang menyejukkan, memupuk rasa syukur, dan memperkuat rasa persatuan antar warga,” katanya.

Aset Budaya
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo menyatakan, bahwa tradisi Tenongan Nyadran ini menjadi satu di antara aset budaya dan tradisi penting bagi Wonosobo.

Disebutkan, ritual ini memiliki makna yang bernilai luhur, sehingga jadi satu aset penting bagi Kabupaten Wonosobo, di mana semakin memperkaya khasanah tradisi dan budaya.

“Disparbud Wonosobo sendiri sedang menggarap konsep wisata untuk Desa Pagerejo. Grand design untuk Desa Pagerejo sedang dirancang. Rencananya akan mengusung konsep serupa era abad ke-9. Untuk makam Ki Ageng Puger akan didesain dengan arsitektur perpaduan Jawa dan Eropa," ucapnya.

Ruang Diskusi Warga
Sebagai informasi, tradisi Laku Sikramat menjadi simbol pelestarian budaya dan eksistensi tradisi leluhur. Lebih sekadar makan bersama, Tenongan Nyadran Laku Sikramat menjadi wadah untuk mempererat silaturahmi antar warga, mengenang jasa leluhur, dan musyawarah desa.

Prosesi ditandai kedatangan warga ke makam Ki Ageng Puger (Makam Sikramat). Setiap orang membawa tenong yang diletakkan di atas kepala (sunggi).

Tenong berisikan makanan berupa nasi Golong (giling papat, limo pancer dan ambeng papat, limo pancer), srundeng udang, krupuk udang dan tambahan lauk semisal telur dan sayur tahu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved