Viral Medsos

Apa Itu Fenomena Tornado Dust Devil yang Muncul di Gunung Bromo? Begini Penjelasan BMKG

Viral di media sosial, fenomena tornado kecil terjadi di kawasan Gunung Bromo. Pusaran tornado di lautan pasir Gunung Bromo itu terekam oleh kamera

TikTok
Fenomena dust devil di Gunung Bromo, 18 Juli 2024 

"Tidak berbahaya tapi tetap harus melindungi diri karena dampaknya bisa menganggu kita," tutur Septi.

BMKG mengimbau masyarakat agar menjauh dari pusaran dust devil agar tidak mengalami dampak debu dari angin tersebut.

"Hindari berdiri terlalu dekat dengan dust devil dan usahakan untuk melindungi wajah serta mata dari debu dan pasir yang terbawa oleh angin," tambahnya.

Sedangkan saat kejadian puting beliung atau lesus, masyarakat diimbau berlindung dalam bangunan yang kokoh.

Pernah Terjadi di Dieng

Peristiwa munculnya fenomena dust devil itu juga pernah terjadi di kawasan wisata Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah pada Agustus 2023.

Peristiwa itu juga viral di media sosial, dari video yang berdurasi 43 detik yang dibagikan oleh warganet.

Terkait video angin di Candi Arjuna tersebut, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Agita Vivi mengatakan, fenomena pusaran angin seperti pada video tersebut merupakan dust devil.

Vivi menjelaskan, dust devil terbentuk akibat pemanasan permukaan tanah yang lebih kuat dan signifikan dibandingkan area sekitarnya.

Fenomena tersebut biasa terjadi pada kondisi cuaca cerah dengan langit biru dan sedikit awan pada wilayah yang cukup lapang.

"Fenomena ini berbeda dari puting beliung atau lesus karena puting beliung atau lesus terjadi akibat pusaran udara yang berasal dari awan comulonimbus," kata Vivi kepada Kompas.com, Selasa (22/8/2023).

Baca juga: Mengapa Jogja Terasa Dingin dari Pagi hingga Malam di Bulan Juli 2024? Ini Jawaban BMKG

Vivi menjelaskan bahwa fenomena dust devil cenderung terjadi pada musim kemarau lantaran disebabkan pemanasan permukaan yang lebih kuat.

"Hal ini karena pada musim kemarau, jumlah tutupan awan di atmosfer minimal, sehingga panas matahari dapat maksimal sampai ke permukaan bumi," jelas Vivi.

Dust devil menurutnya berbeda dengan angin puting beliung atau lesus yang cenderung terjadi di musim peralihan yang biasa didominasi pembentukan awan Cumulonimbus pada siang-sore hari.

Saat terjadi dust devil, BMKG mengimbau masyarakat agar menjauhi pusaran angin agar tidak mengalami dampak debu dari angin tersebut.

"Hindari berdiri terlalu dekat dengan dust devil dan usahakan untuk melindungi wajah serta mata dari debu dan pasir yang terbawa oleh angin," kata Vivi.

Sedangkan pada kejadian puting beliung atau lesus, masyarakat dihimbau untuk berlindung dalam bangunan yang kokoh.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved