Arti Hari Kalender Jawa

Tradisi Ngurah Enceh Makam Imogiri di Bulan Suro, Airnya Diperebutkan Dipercaya untuk Tolak Bala

Pengisian air genthong sengaja dibiarkan sampai meluber sehingga luberan tersebut dapat diambil atau digunakan oleh siapa saja

Penulis: Santo Ari | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
Warga mengantri untuk mendapatkan air saat berlangsung prosesi Nguras Enceh di komplek Makam Raja-Raja Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM - Tradisi Nguras Enceh merupakan agenda rutin setiap bulan Suro dalam kalender jawa yang dilaksanakan oleh abdi dalem Kraton Surakarta dan Yogyakarta.

Dilaksanakan bertepatan dengan hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon, empat buah Enceh pusaka yang berada di gerbang Makam Sultan Agung akan dikuras.

Untuk tahun inim Nguras Enceh akan dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Juli 2024, mulai pukul 08.00 WIB di kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri.

Diawali dengan doa bersama oleh para juru kunci dilanjutkan dengan menguras / membersihkan enceh (tempayan atau genthong) yang airnya biasanya dinikmati atau dibawa pulang oleh para pengunjung.

Tempayan yang dibersihkan berjumlah empat yaitu, Nyai Danumurti, Kyai Danumaya, Kyai Mendung, dan Nyai Siyem.

Sejarah Tradisi Nguras Enceh

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tradisi ini berangkat dari kisah perjalanan Sultan Agung saat bersilaturahmi dan tukar pengalaman dengan para sahabat-sahabatnya di kerajaan lain.

Setelah selesai dan akan kembali pulang, Sultan Agung mendapatkan kenang-kenangan berupa genthong (enceh) yang berjumlah empat buah.

Adapun nama-nama dari genthong tersebut antara lain:


1. Genthong Kyai Danumaya berasal dari Kerajaan Palembang.
2. Genthong Nyai Danumutri berasal dari Kerajaan Aceh.
3. Genthong Kyai Mendung berasal dari Kerajaan Turki.
4. Genthong Nyai Siyem berasal dari Kerajaan Siam (Thailand)

Setelah wafatnya Sultan Agung, genthong-genthong tersebut diletakan di sebelah kiri dan kanan pintu masuk utama di makam raja-raja di Imogiri.

Sampai saat ini sebagian masyarakat khususnya di Yogyakarta masih menganggap sakral dan keramat terhadap genthong-genthong tersebut.

Baca juga: 11 Weton Tulang Wangi 1 Suro: Kekuatan Spiritual dan Pertanda di Tubuh

Prosesi Nguras Enceh

Upacara nguras enceh dimulai dengan menyediakan sesaji dan memanjatkan doa secara bersama-sama (tahlilan) kepada Tuhan YME dimana hari sebelumnya telah digelar kirab budaya yang saat ini difasilitasi Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul dan masyarakat Imogiri.

Proses selanjutnya yaitu mengisi genthong yang telah dikosongkan isinya dengan air baru dengan cara bergiliran atau bergantian dari orang yang berpangkat paling tinggi sampai dengan masyatakat umum/biasa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved