Berita Kabupaten Magelang Hari Ini

Puncak Musim Kemarau di Magelang Diprediksi Berlangsung Juli Hingga Agustus 2024

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Tengah (Jateng) memprakirakan puncak musim kemarau tahun 2024

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kabupaten Magelang 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Tengah (Jateng) memprakirakan puncak musim kemarau tahun 2024 di Kabupaten Magelang umumnya di bulan Juli dan Agustus.

Pengamat Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Rudi Setyo Perihatin dalam paparannya mengatakan musim kemarau paling awal terjadi pada bulan Mei dasarian II dan paling akhir Mei dasarian III.

"Sedangkan puncak musim kemarau di Kabupaten Magelang umumnya bulan Juli dan Agustus," ujar Rudi saat menjadi narasumber Rakor Musim Kemarau di BPBD Kabupaten Magelang belum lama ini.

Baca juga: BPBD DIY Telah Siapkan Bantuan Air Bersih untuk Wilayah Terdampak Kemarau

Ia menambahkan bahwa anomali suhu permukaan perairan Indonesia pada April hingga September 2024 diprediksi hangat.

"Pada Juni-Agustus 2024, aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin Timuran (Monsoon Australia)," ujar Rudi.

BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Tengah juga memperkirakan panjang musim kemarau 2024 di Kabupaten Magelang bagian utara dan selatan sekitar 4-5 bulan, sedangkan wilayah bagian tengah 3-4 bulan.

Dalam kesempatan tersebut, Rudi juga menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau 2024.

Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).

"Wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air," kata Rudi.

Pemerintah daerah, menurutnya, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

"Sedangkan untuk pemerintah daerah, kami imbau untuk lebih optimal dalam melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan buatan lainnya di masyarakat melalui Gerakan Memanen Air Hujan," tuturnya. (tro)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved