Ketika Ketua Umum IDI Adib Khumaidi dan Ketua IDI DIY Joko Murdiyanto Bicara Jamu dan Obat Herbal
Saintifikasi jamu menjadi isu diskusi yang renyah dibahas di ruang redaksi Tribun Jogja, Jumat (17/6/2024).
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Saintifikasi jamu menjadi isu diskusi yang renyah dibahas di ruang redaksi Tribun Jogja, Jumat (17/6/2024).
Dua tokoh kedokteran ternama, DR Dr Moh. Adib Khumaidi SpOT yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Dr Joko Murdiyanto, SpAn MPH FISQua Ketua IDI DIY yang juga bagian dari Dewan Jamu Indonesia menjadi narasumber utama dalam diskusi sore itu.
Kehadiran Adib Khumaidi dan Joko Murdiyanto di Tribun Jogja sebagai bagian road show rangkaian
Puncak Hari Bakti Dokter Indonesia 2024 di DIY, diterima Pemimpin Redaksi Ribut Raharjo, Editor Digital Hari Susmayanti dan jajaran.
Adib Khumaidi berbagi cerita tentang dunia herbal yang perlu didorong di Indonesia.
Dia menyebut, pengobatan herbal sebagai suatu kondisi progresif riset yang harus dikembangkan. Apalagi Indonesia kaya akan sumber daya alam.
“IDI mendukung pengembangan obat herbal ini. Prinsipnya adalah melalui riset ilmiah,” ungkapnya.
Harga obat di Tanah Air yang disebut mahal lebih dikarenakan bahan bakunya impor. Belum lagi pajak dalam produksi dan rumah sakit.
“Nah pengembangan jamu, herbal itu harus didukung pemerintah dalam risetnya. Ini investasi. Pelayanan berbasis penelitian,” papar Adib.
Sementara Joko Murdiyanto bicara tentang keanekaragaman hayati yang menjadi peluang dalam pengembangan jamu dan obat herbal.
Di sisi lain Joko Murdiyanto menjelaskan kegiatan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) 2024 mengangkat tema ‘Sinergi dan Kolaborasi Untuk Negeri” diisi dengan beragam bakti sosial untuk pembangunan kesehatan masyarakat sekitar wilayah DIY.
Dikatakan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, Pemilihan wilayah DI Yogyakarta sebagai tempat penyelenggaraan puncak HBDI ke-116 ini juga sekaligus untuk merayakan salah satu wilayah di DI Yogyakarta yakni Sumbu Filosofi Yogyakarta yang baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Dalam dua dekade terakhir ini pelayanan kesehatan tradisional semakin populer dan diminati masyarakat.
Meningkatnya minat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tradisional ini tercermin dari meningkatnya pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional baik oleh masyarakat maupun oleh penyedia layanan kesehatan.
Tidak berbeda dengan obat modern, obat tradisional juga dapat dimanfaatkan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
Jamu sebagai obat tradisional warisan leluhur bangsa Indonesia merupakan bahan atau ramuan bahan yang dapat berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Budaya Sehat Jamu juga baru ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO dalam Sidang ke-18 Komite Antar-pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda di Kasane, Botswana pada Desember 2023 lalu.
IDI mendukung upaya untuk mengangkat budaya pemanfaatan kesehatan tradisional termasuk jamu, melalui saintifikasi jamu yang tetap berdasarkan pembuktian ilmiah (evidence based medicine) sesuai ketentuan yang ada di Peraturan Presiden Republik Inodnesia No 54 tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu. Sosialisasi saintifikasi jamu ini merupakan salah satu bagian utama dari rangkaian kegiatan HBDI ke-116 di Yogyakarta.
Joko Murdiyanto mengatakan, selain seminar mengenai saintifikasi jamu, IDI Wilayah Yogyakarta juga akan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial operasi bibir sumbing di RSUD Sleman, serta operasi katarak dan paparan unggulan daerah binaan stunting IDI DI Yogyakartadi RS Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
Para pasien yang akan dioperasi katarak dan bibir sumbing dalam kegiatan ini adalah pasien tidak mampu dan yang tidak memiliki asuransi apapun dan tidak memiliki BPJS.
Kegiatan bakti sosial HBDI ke-116 secara serentak dilakukan di seluruh 462 IDI cabang dan 35 IDI Wilayah di seluruh Indonesia dalam bentuk beragam dan didukung oleh seluruh 96 perhimpunan profesi dan keseminatan dibawah naungan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. (*)
Dokter di Jogja Doa Bersama Prihatin Mutasi Mendadak Kemenkes: Dampaknya ke Pasien |
![]() |
---|
Indonesia Masih Kekurangan Puluhan Ribu Dokter Spesialis |
![]() |
---|
Pengurus Baru IDI Wonosobo Harus Tekankan Pentingnya Kode Etik Profesi |
![]() |
---|
10 Obat Herbal untuk Mengatasi Sakit Gigi Nyut-Nyutan dan Cara Penggunaannya |
![]() |
---|
15 Khasiat Cuka Apel untuk Kesehatan, Banyak Manfaatnya untuk Wanita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.