Berita Sleman Hari Ini

Imbas TPA Piyungan Ditutup, DLH: Muncul 14 Titik Tumpukan Sampah Liar di Sleman 

Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional Piyungan di Kabupaten Bantul, yang menampung sampah dari Sleman, Bantul dan kota Yogyakarta mulai

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Sleman 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional Piyungan di Kabupaten Bantul, yang menampung sampah dari Sleman, Bantul dan kota Yogyakarta mulai berimbas terhadap persoalan sampah di Bumi Sembada.

Berdasarkan laporan sejauh ini sudah muncul 14 titik tumpukan sampah liar di wilayah Sleman.

Dinas Lingkungan Hidup setempat meminta masyarakat melakukan gerakan pengurangan sampah mulai dari rumah tangga masing-masing untuk mengendalikan sampah. 

Baca juga: DPRD Berharap Pemkab Bantul Segera Tuntaskan Masalah Sampah

"Masyarakat saya minta bersabar karena seminggu sekali (tumpukan sampah liar) baru bisa diseser. Di samping itu masyarakat harus membantu kita ya, seperti pilah sampah, pengurangan sampah organik. Mau dengan komposter monggo. Mau dengan lubang biopori monggo. Mau dibuat Ecoenzim silakan. Atau mau untuk pakan ternak, pakan ikan, oke. Kami minta partisipasi masyarakat," kata Kepala DLH Sleman, Epiphana Kristiyani, Selasa (7/5/2024). 

Tumpukan sampah liar tersebut tersebar di sejumlah titik. Di antaranya di seputar Ringroad, Jombor dan ada juga seputar perkotaan dan pedesaan.

Epiphana mengatakan, tumpukan sampah liar tersebut nantinya akan diseser atau diangkut menggunakan truk.

Namun jadwalnya menunggu antrian pelayanan. Saat ini pihaknya fokus melayani pengangkutan sampah transfer depo dan TPS3R.

Sedangkan pekan berikutnya baru akan keliling melakukan pengangkutan tumpukan sampah-sampah liar. 

"Jadi ya seminggu sekali baru kami mengambil nanti diolah, kita masukkan entah ke TPST Tamanmartani ataupun ke TPST Minggir," kata dia. 

Biopori 

DLH Kabupaten Sleman terus mencari cara untuk mengolah sampah mandiri pasca TPA Piyungan ditutup.

Pasalnya, dari 230 ton sampah per hari yang dihasilkan di Sleman, sarana dan prasarana yang ada hanya mampu mengolah 119 ton.

Artinya masih menyisakan 111 ton sampah yang belum terkelola.

Pemerintah mengajak masyarakat melakukan gerakan pengurangan sampah organik melalui pembuatan lubang biopori di rumah tangga masing-masing. 

Untuk mempercepat gerakan ini, DLH bahkan telah mensosialisasikan dan membagi 2 alat bor biopori dan 50 paralon biopori masing-masing panjang 1 meter dan berdiameter 10 centimeter di tiap Padukuhan di Bumi Sembada.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved