Berita Jogja Hari Ini
Properti di DI Yogyakarta Lesu Pada Triwulan I 2024, Tapi Ada Rebound Seusai Lebaran
Sektor properti di DIY lesu pada triwulan I 2024. Gelaran pesta demokrasi Pemilu yang berlangsung pada Februari kemarin diduga menjadi penyebabnya.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sektor properti di DIY lesu pada triwulan I 2024. Gelaran pesta demokrasi Pemilu yang berlangsung pada Februari kemarin diduga menjadi penyebabnya.
Ketua Realestat Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur mengatakan secara umum kondisi triwulan I 2024 menurun jika dibandingkan dengan triwulan I 2023. Ia menyebut penurunan penjualan sekitar 30 persen.
“Secara umum dibandingkan triwulan I tahun kemarin (2023) ada penurunan. Kenapa? Karena ada hajat besar negara ini. Bulan Februari kan ada pemilihan presiden dan legislatif. Data memang menunjukkan seperti itu,” katanya, Senin (29/04/2024).
Baca juga: Bupati Sleman Dorong KWT Hasilkan Komoditas Tani Variatif dan Unggulan
Meski ada sempat mengalami penurunan, namun ia mencatat adanya rebound penjualan properti pasca lebaran. Hal itu ditunjukkan dengan tingginya kunjungan konsumen ke lokasi proyek. Ia menyebut kunjungan konsumen ke proyek pascalebaran meningkat sekitar 20-30 persen.
“Datanya belum kami kompilasi karena baru beberapa minggu. Biasanya setelah mereka (konsumen) kunjungan (ke lokasi proyek) itu butuh beberapa hari untuk memutuskan pembelian. Tapi kalau dari data traffic kunjungan konsumen ke proyek itu tinggi sekali. Ada kenaikan 20-30 persen dari tiga bulan sebelumnya,” sambungnya.
Ia pun optimis ada peningkatan penjualan pada triwulan II 2024. Apalagi setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2024. Ia meyakini konsumen yang berniat investasi akan segera memutuskan untuk investasi properti. Apalagi data menunjukkan 50 persen pembelian rumah adalah untuk investasi.
Ilham menambahkan perhelatan pemilihan kepala daerah yang juga digelar pada tahun ini juga bakal mempengaruhi penjualan properti. Menurutnya segmen menengah di harga Rp500juta hingga Rp1 miliar yang paling terpengaruh. Hal itu karena pasokan ketersediaan properti di DIY didominasi Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
“Pengaruhnya pasti ada, tentu akan berpengaruh terhadap konsumen lokal. Tetapi kalau semen Rp500 juta ke bawah tidak begitu terpengaruh. Kalau ada kebijakan itu biasanya yang kena (dampak) pertama kelas menengah, karena tanggung. Tetapi pembelian di atas Rp500 juta-1 miliar itu 50 persennya dari luar Jogja, ya meskipun ada juga yang dari Jogja,” imbuhnya. (maw)
| Cara Lapor Jika Terjadi Kekerasan Anak dan Perempuan di Yogyakarta, Gratis Bebas Pulsa |
|
|---|
| Kronologi Kasus Dugaan Monopoli BBM oleh Oknum Polairud di Pantai Sadeng Gunungkidul |
|
|---|
| Mengenal Class Action, Cara Menuntut Pemerintah karena Kasus Keracunan MBG |
|
|---|
| Komentar Sri Sultan HB X soal Keracunan MBG di Jogja dan Sanksi untuk SPPG Menurut Undang-Undang |
|
|---|
| Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.